Benarkah Ketinggian Puncak Everest Menyusut?
KATHMANDU, iNews.id - Pemerintah Nepal membentuk tim untuk mengukur ulang ketinggian Gunung Everest. Tim yang terdiri dari empat orang, yakni para ahli sekaligus pendaki andal, akan berangkat ke puncak pada Rabu (10/4/2019).
Misi ini dilakukan Nepal untuk menjawab spekulasi banyak pihak bahwa ketinggian Gunung Everest, yakni 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl), menyusut.
Angka 8.848 mdpl pertama kali dicatat dalam survei Pemerintah India pada 1954. Setelah itu banyak tim lain yang juga melakukan pengukuran puncak, meskipun ketinggian yang ditetapkan India itu diterima secara luas.
Perdebatan sengit muncul setelah gempa bumi besar di Nepal pada 2015. Efek getaran kuat itu diduga telah meruntuhkan bagian puncaknya.
Usai gempa atau pada 2017, Departemen Survei Nepal menugaskan tim surveyor untuk mempersiapkan ekspedisi Everest dengan tujuan mencari jawaban dari polemik ini. Namun pengukuran dengan berangkat langsung ke puncak baru terealisasi tahun ini.
"Kami mengirim tim karena ada pertanyaan mengenai ketinggian Everest setelah gempa," kata koordinator ekspedisi dari Departemen Survei, Susheel Dangol, dikutip dari AFP, Senin (8/4/2019).
Para surveyor tersebut menghabiskan waktu 2 tahun untuk menyempurnakan metodologi pengukuran puncak serta mengumpulkan referensi sebanyak mungkin yang akan dijadikan bahan pertimbangan mereka. Peralatan canggih juga mereka bawa untuk mengumpulkan data.
Selain itu, mereka juga melakukan pelatihan tinggal di kondisi ekstrem, situasi yang mungkin mereka hadapi di puncak gunung tertinggi di dunia itu.
"Tidak akan mudah untuk bekerja di daerah itu, tetapi kami yakin misi ini akan berhasil," kata pemimpin ekspedisi dan kepala surveyor, Khim Lal Gautam, yang juga pernah mencapai puncak Everest pada 2011.
Pada Mei 1999, sebuah tim Amerika Serikat merevisi ketinggian Everest 2 meter lebih tinggi setelah mengukur menggunakan teknologi GPS. Angka itu saat ini digunakan oleh National Geographic Society AS, namun tak diterima secara luas.
Nepal juga pernah konflik dengan China gara-gara perbedaan prinsip pengukuran ketinggian Everest. China beranggapan puncak Everest lebih pendek 4 meter dari angka resmi. Pasalnya ketinggian gunung hanya dihitung dari bebatuannya, tidak termasuk salju atau es yang menyelimuti.
Penghitungan Nepal didasarkan pada garis patahan utama antara dua lempeng tektonik, satu lempeng India yang mendorong lempeng lainnya yang kemudian mengangkat Eropa dan Asia, sebuah proses yang kemudian menciptakan pegunungan Himalaya.
Editor: Anton Suhartono