Bersiap Diserang Amerika, Venezuela Sebar Ribuan Rudal Igla-S Buatan Rusia
KARAKAS, iNews.id - Militer Venezuela tengah bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Karibia. Sebagai langkah antisipatif, Presiden Nicolas Maduro mengumumkan pengerahan 5.000 unit rudal antipesawat portabel Igla-S buatan Rusia ke berbagai wilayah strategis di seluruh negeri.
Dalam komentar yang memicu ketegangan baru, Senator AS Rick Scott mengatakan masa jabatan Maduro tinggal menghitung hari. Dia bahkan menyarankan sang presiden untuk segera kabur ke Rusia atau China sebelum terlambat.
“Jika saya jadi Maduro, saya akan pergi ke Rusia atau China sekarang juga,” kata Scott dalam wawancaranya dengan CBS News, dikutip Rabu (29/10/2025).
Pernyataan tersebut muncul di tengah manuver militer AS di kawasan Karibia. Kapal perang AS dilaporkan telah berlabuh di Trinidad dan Tobago pada Minggu (26/10/2025), hanya ratusan kilometer dari perairan Venezuela.
Langkah Antisipasi Karakas
Menanggapi ancaman tersebut, Maduro menegaskan bahwa negaranya siap mempertahankan kedaulatan dari segala bentuk agresi asing.
“Tidak ada satu pun kekuatan di dunia yang bisa menundukkan rakyat Venezuela. Kami telah memperkuat pertahanan udara dengan teknologi terbaik yang tersedia,” ujarnya, dalam siaran televisi nasional.
Rudal Igla-S, versi modern dari sistem pertahanan udara portabel (MANPADS) buatan Rusia, disebut mampu menembak jatuh pesawat dan helikopter pada jarak 6 km serta pada ketinggian hingga 3,5 km. Senjata ini menjadi tulang punggung pertahanan udara jarak dekat Venezuela.
Menurut laporan Kementerian Pertahanan Venezuela, sekitar 5.000 rudal tersebut telah disebar ke seluruh benteng militer, pangkalan udara, serta fasilitas energi dan minyak nasional, yang selama ini menjadi target sensitif dalam konflik geopolitik.
Bayangan Konflik Baru di Belahan Selatan
Pengamat militer menilai, langkah Venezuela menyebar ribuan rudal Igla-S merupakan pesan kuat bagi Washington bahwa Caracas siap bertempur bila diserang. Namun, peningkatan militer ini juga berisiko memicu eskalasi baru di Belahan Bumi Selatan, terutama di tengah spekulasi bahwa AS tengah menyiapkan operasi rahasia di wilayah tersebut.
“Ini adalah permainan kekuatan klasik, AS mencoba menekan, sementara Venezuela menunjukkan taringnya. Jika salah langkah, benturan bisa terjadi,” ujar analis pertahanan Amerika Latin, Miguel Aranda, kepada Reuters.
Editor: Anton Suhartono