Biografi Sun Yat Sen, Perjalanan Politik Bapak Revolusi China Modern
JAKARTA, iNews.id – Biografi Sun Yat Sen, sang pemimpin Revolusi China yang mengubah tatanan negaranya dan pemikiran bijaknya yang inspiratif, layak untuk dipelajari. Sun Yat Sen meninggal pada 1925 dan sempat menjabat sebagai presiden China.
Dari sekian banyaknya tokoh revolusi, Sun Yat Sen merupakan salah satu tokoh penting terutama dalam sejarah China modern yang membentuk negaranya termasuk pemerintahan menjadi lebih baik dan lebih modern. Namun, dalam membangun negaranya seperti yang ia mau, ada berbagai rintangan serta kisah-kisah semasa hidupnya.
Sun Yat Sen lahir pada 12 November 1866 di Xiangchan yang kini disebut Zhongshan. Yat Sen memiliki banyak nama lain, mulai dari nama kehormatan (Deming), nama sastra (Rixin), Yi Xian, Sun Zhongshan, dan lainnya. Yat Sen lahir dari keluarga petani miskin di Xiangshan, China Selatan.
Ketika Yat Sen berumur 13 tahun, saudaranya, Sun Mei, yang bermigrasi ke Hawaii sebagai buruh, membawa Yat Sen ke Honolulu untuk menempuh pendidikan di sekolah misionaris Inggris selama tiga tahun di Amerika, Oahu College. Pada 1883, dia pulang ke tanah air untuk belajar di Sekolah Keuskupan di sekitar Hong Kong dan dibaptis oleh seorang misionaris Amerika selagi menyelesaikan pembelajarannya.
Setahun kemudian, dia pindah ke Sekolah Pusat Pemerintahan dan menikah dengan Lu Muzhen setelah dijodohkan orangtuanya. Mereka dikaruniai dua orang anak, putra dan putri. Tahun 1886, dia mendaftar ke Sekolah Kedokteran Rumah Sakit Guangzhou dan dipindahkan ke Fakultas Kedokteran China di Hong Kong dan menyelesaikan studinya itu pada 1892.
Semasa studinya yang penuh dunia medis dan kedokteran itu tanpa pengetahuan khusus mengenai bidang politik, Yat Sen merasa terganggu dengan sistem pemerintahan China terutama gaya politik dan hukumnya yang sangat tradisional dan konservatif karena kentalnya pengaruh dinasti Qing saat itu. Terlebih, ketika melihat negara-negara lain yang sudah lebih maju teknologinya, dia merasa sistem kuno ini seakan menghambat perkembangan teknologi China. Sebagai langkah awal, ia menutup praktek medisnya di Guangzhou dan pergi ke sisi utara di tahun 1894 untuk memulai ilmu politiknya.
Awal mulanya, Yat Sen menuliskan protes dalam surat yang tertuju kepada Li Hong Zhang selaku gubernur provinsi Zhili tentang gagasan darinya mengenai potensi China agar lebih maju dan memperoleh kekuatan. Sayangnya, balasan yang ia dapatkan hanyalah dukungan sederhana yang Li balas sebagai formalitas saja. Merasa tak puas, Yat Sen pergi ke Hawaii pada 1894, dan mendirikan organisasi bernama Revive China Society atau Xing Zhong Hui yang dikabarkan menjadi kelompok revolusioner rahasia. Anggotanya tidak jauh dari penduduk asli Guangdong berbagai kalangan.
Di tengah-tengah perang China-Jepang yang berlangsung selama satu tahun dengan segala krisis dari dampak perang tersebut, Yat Sen kembali ke Hong Kong pada 1895. Ia merencanakan sebuah aksi protes dan pemberontakan di Guangzhou. Sayangnya, rencananya itu gagal, lalu ia memilih untuk mengasingkan diri selama 16 tahun di luar negeri.
London, 1896, Yat Sen ditangkap dan ditahan selama hampir 2 minggu oleh kedutaan China di London. Awalnya, kedutaan sudah memutuskan untuk mendeportasinya pulang ke China, tapi Yat Sen saat itu berhasil ‘mencuci otak’ pegawai Inggris yang dahulu merupakan mantan dekan Fakultas Kedokteran Hong Kong, tempatnya menempuh gelar dokter saat itu yang membuatnya dilepas dari kedutaan. Insiden penangkapannya memberikan dorongan kuat di karir Yat Sen.
Setelah berbulan-bulan menghabiskan waktu di London, Yat Sen memutuskan untuk menjelajah lagi ke Jepang melewati Kanada. Sesampainya dia di Jepang pada Agustus 1897, ia bertemu Miyazaki Torazo yang merupakan seorang penjelajah dan ternyata sempat mendengar mengenai insiden penangkapannya di London. Miyazaki menawarkan dirinya yang bersedia membantu Yat Sen pada agenda politiknya. Miyazaki mengenalkan Yat Sen kepada kenalannya yang memiliki pengaruh besar, di antaranya adalah Okuma Shigenobu, Soejima Taneomi, dan Inukai Tsuyoshi. Ia senang berkenalan dengan mereka.
Pada 1900, terjadi banyak kekacauan. Yat Sen lagi-lagi ingin menjangkau Li Hong Zhang, dan menyerukan protesnya untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan dan lepasnya bangsa mereka dari dinasti Qing. Pihak Li mengundangnya datang menghampirinya, tapi ia waspada akan undangan tersebut yang ternyata jebakan. Dengan itu, ia meminta Miyazaki mewakilinya dan pergi ke Hong Kong bersama dua orang Jepang lainnya, tapi tidak membawa hasil apa-apa.
Sebelum keberangkatan Miyazaki, Yat Sen menghubungi para bandit dan perkumpulan rahasia Guangdong untuk mengerahkan kekuatan mereka dalam melaksanakan pemberontakan yang diadakan Yat Sen di Huizhou. Pemberontakan itu berlangsung selama 12 hari lamanya.
Sejak saat itu, pengikut Yat Sen semakin ramai, mulai dari pelajar, kelompok bergengsi sampai orang-orang berpengaruh di China. Dukungan terhadapnya saat itu juga didasari oleh runtuhnya dinasti Qing dan propaganda kuat dari Liang Qi Chao, seorang pejuang reformasi yang sempat melarikan diri ke Jepang pada 1898 dan pendiri pers China. Citra Yat Sen di kalangan pelajar termasuk pelajar China yang berada di luar negeri terus meningkat. Tahun 1904, ia mendirikan beberapa organisasi revolusioner di Eropa dan menjadi kepala koalisi revolusioner, Liga Persatuan atau Tong Meng Hui di Tokyo.
Meningkatnya nama Sun Yat Sen membuatnya memperoleh banyaknya kesulitan. Di Liga Persatuan yang organisasinya terbilang longgar, ia tidak memiliki kendali atas para anggotanya. Terlebih, aksi-aksi protes dan pemberontakan yang diaturnya berakhir dengan kegagalan. Anggotanya banyak yang putus asa dan aliran keuangan investor menurun. Banyak pemerintah asing yang menjauhi Yat Sen. Pada 1907, pemerintah Jepang memberikan sejumlah uang dan memintanya meninggalkan Jepang.
Karena kehadirannya di Asia menjadi tabu, Yat Sen menghabiskan satu tahun mengasingkan diri dan berkeliling di Eropa dan Amerika Serikat. Pada 1910, dia kembali ke tanah airnya dan pergi lagi setelah pertemuan dengan kaum revolusioner lainnya, di mana bahasan mereka hanyalah upaya yang besar untuk merebut Guangzhou. Di Kanada dan Amerika Serikat, Yat Sen berkeliling mencari dana dan sebagainya untuk mendukung aksi-aksinya di masa depan.
Pada 1911, Qing menasionalisasikan semua jalur kereta api utama yang mengundang amarah warga lokal. Kemudian, pemberontakan dengan senjata terjadi di Sichuan. Tak lama dari insiden tersebut, kelompok revolusioner lainnya di Wuhan memulai pemberontakan lain yang tanpa diduga berhasil meruntuhkan pemerintah provinsi saat itu. Keberhasilan revolusioner lokal di Wuhan itu mendapat perhatian dari Yat Sen.
Saat itu, dia berada di Denver, Colorado. Desember di tahun yang sama, ia kembali ke Shanghai dan terpilih sebagai presiden sementara kala itu melalui delegasi di Nanjing. Dengan rezimnya yang lemah, ia membuat kesepakatan dengan Yuan Shi Kai, menteri kekaisaran yang kekuasaan penuh oleh istana dipercayakan kepadanya. Pada 1912, kaisar turun tahta, diikuti Yat Sen yang mengundurkan diri, dan dua hari setelah kaisar turun, Yuan Shi Kai terpilih menggantikan posisi Yat Sen sebelumnya.
Di tahun yang sama, Yuan menunjuk Yat Sen menjadi direktur jenderal pengembangan kereta api yang membangkitkan revolusi kedua di mana Yuan ditentang Yat Sen. Ketika kampanye untuk aksi protesnya gagal, lagi-lagi ia melarikan diri ke Jepang. Di sana, ia mencari bantuan dari Jepang dengan menjanjikan konsesi besar dari China juga mengasingkan kaum revolusioner lainnya dengan meminta mereka bersumpah setia kepadanya. Ia juga mendapat hujatan karena menikahi sekretarisnya, Song Qing Ling pada 1915 tanpa menceraikan istri pertamanya.
Dua tahun sesudahnya, Yat Sen pergi ke Guangdong untuk melancarkan aksinya dalam melawan perdana menteri, Duan Qirui. Juli 1918, dia terpilih sebagai generalis dari rezim separatis yang membuatnya harus mengundurkan diri dari gerakan-gerakan lainnya di Guangdong dan pergi ke Shanghai. Bersamaan dengan itu, kehormatan dan dukungan dari penguasa militer Guangdong, Lu Rong Ting, hilang terhadap Yat Sen.
Dengan ini, Yat Sen menunjuk Chen Jing Ming sebagai komandan dan mengirim anak buahnya ke Fujian. Ia juga membujuk Chen untuk melawan Lu, tapi Chen menolak dan justru melawannya balik. Lagi-lagi, ia terpaksa kembali ke Shanghai mencari tempat berlindung dan pasukan. Rupanya, ia berhasil mendapatkannya dari Guangxi dan Yunnan. Dengan itu, ia kembali ke Guangzhou membawa pasukan. tahun 1923, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai generalis rezim baru.
Sementara itu, dikarenakan dirinya tidak berhasil mendapatkan bantuan dari pihak Barat dan Jepang, ia beralih mengendalikan pemerintah Soviet yang saat itu berkuasa di Rusia sejak 1917. Adolf Joffe, diplomat Soviet, mengunjungi Yat Sen di Shanghai untuk menyatakan maksud Rusia yang ingin menyerahkan hak istimewanya di sana, dan bahwa Rusia tidak memiliki niat untuk memperluas pengaruhnya di Mongolia Luar. Dengan itu, Partai Komunis China memutuskan bekerja sama dengan kaum nasionalis.
Oktober 1923, perwakilan Komunis Internasional, Mikhail Borodin tiba di Guangzhou dan mendapatkan kepercayaan dari Yat Sen. Awal 1924, dia mengatur kembali Partai Nasionalis dengan mengadopsi sistem Partai Komunis Soviet. Dalam membangun partainya, Yat Sen membuat serangkaian ceramah tentang doktrin yang ia buat sendiri, Tiga Prinsip rakyat. Dengan tindakan itu, kaum nasionalis diperkuat dirinya. Kemudian pada 12 Maret 1925, Sun Yat Sen meninggal di Beijing karena kanker yang dideritanya.
Nah, itu dia ulasan singkat tentang biografi Sun Yat Sen yang giat melaksanakan agenda politiknya dan menghadapi kawannya yang menjadi lawan. Kehadiran Sun Yat Sen dalam pemerintahan China membawa negaranya mengubah cara pandang mereka menjadi lebih modern.
Editor: Ahmad Islamy Jamil