Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kereta Penumpang Tabrak Kereta Barang, 11 Orang Tewas
Advertisement . Scroll to see content

Bobroknya Sistem Kesehatan India: Tempat Tidur Kurang, RS Tega Peras Pasien Covid-19

Minggu, 14 Juni 2020 - 18:00:00 WIB
Bobroknya Sistem Kesehatan India: Tempat Tidur Kurang, RS Tega Peras Pasien Covid-19
Foto ini diambil pada Kamis (11/6/2020), menunjukkan seorang pria di dalam ambulans sedang menunggu di luar bangsal Covid-19 Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), New Delhi, India. (Foto-foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

ASHWANI Jain (45) harus menyerah pada virus corona (Covid-19). Wabah tersebut akhirnya merenggut nyawa pengusaha muda itu di dalam ambulans, ketika keluarganya tengah memohon-mohon kepada beberapa rumah sakit agar bersedia merawatnya.

Ashwani menjadi korban terbaru pandemi Covid-19 yang menyapu New Delhi. Kematiannya semakin memperlihatkan betapa seluruh rumah sakit di ibu kota India itu sedang kekurangan tempat tidur.

“Mereka (rumah sakit-rumah sakit itu) tidak peduli kami hidup atau mati,” kata putri Jain, Kashish (20). Paman perempuan itu, Abhishek, duduk menemani jasad Ashwani yang terbaring di bagian belakang ambulans. Perjalanan mereka melintasi Delhi berakhir dengan keputusasaan. Tak ada satu pun rumah sakit yang bersedia menerima Ashwani.

“(Kematian ayahku) tidak masalah bagi mereka (rumah sakit), tetapi aku telah kehilangan ayahku. (Padahal) dia adalah segala-galanya bagiku,” kata Kashish dengan air mata berlinang ketika dia menunjukkan foto sang ayah.

Semua rumah sakit yang dicoba oleh keluarga Ashwani menolak untuk mengurus lelaki itu. “Meskipun aplikasi yang dibuat Pemerintah Delhi mengatakan tempat tidur rumah sakit bagi pasien Covid-19 itu gratis,” ujar Abhishek kepada AFP.

Dengan lonjakan infeksi yang kian parah, sistem perawatan kesehatan India kini berada di bawah tekanan yang amat kuat. Kematian Ashwani dan orang-orang yang bernasib sama sepertinya pun semakin meningkatkan kecemasan masyarakat Delhi akan ancaman wabah yang terus bergolak.

Sampai hari ini, menurut data resmi, lebih dari 1.200 orang telah meninggal akibat virus corona di Delhi. Sementara, lebih dari 1.000 kasus baru infeksi dilaporkan setiap hari di ibu kota India itu.

Kamar jenazah di berbagai rumah sakit telah dipenuhi dengan mayat pasien terkait dengan Covid-19. Sementara, para pegawai krematorium pun mengaku kewalahan melayani antrean jenazah yang hendak dikremasi (dibakar). Beberapa anggota dewan di Delhi mengatakan, jumlah korban jiwa akibat wabah virus corona sebenarnya dua kali lipat dari jumlah resmi yang dirilis pemerintah kota.

Pemberitaan media-media India pun kini penuh berisi dengan kisah-kisah tragis tentang pasien yang sekarat setelah ditolak rumah sakit. Berita itu antara lain, menceritakan seorang perempuan hamil meninggal saat diantar ke rumah sakit.

Ada pula cerita tentang seorang lelaki berusia 78 tahun mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi Delhi untuk mendapatkan tempat tidur yang dilengkapi ventilator di rumah sakit. Akan tetapi, kakek itu akhirnya meninggal dunia sebelum persoalannya diatasi oleh pemerintah.

Mahalnya sebuah tempat tidur di rumah sakit

Beberapa keluarga India menggunakan media sosial untuk menceritakan pengalaman mengerikan mereka ditolak rumah sakit. Tidak jarang pula yang berbagi kisah tentang culasnya para pengelola RS yang tega memeras pasien di tengah situasi pelik.

Pemerintah Daerah Ibu Kota Nasional Delhi memperkirakan, dibutuhkan 80.000 tempat tidur untuk menampung pasien Covid-19 pada akhir Juli. Sementara, seluruh rumah sakit milik pemerintah di wilayah itu sekarang hanya memiliki 8.505 tempat tidur bagi pasien corona, ditambah dengan 1.441 tempat tidur di sejumlah rumah sakit swasta yang ditunjuk sementara oleh negara.

Meski seluruh tempat tidur itu dinyatakan gratis bagi pasien corona, faktanya tidak demikian. Keluarga pasien mengatakan, mereka justru dipaksa untuk mengeluarkan kocek lebih banyak untuk membeli tempat tidur yang masih tersedia di rumah sakit.

Suman Gulati, yang ayahnya adalah pasien corona, mengatakan dia diminta membayar 1 juta rupee (Rp187 juta) oleh salah satu rumah sakit swasta untuk mendapatkan satu tempat tidur. “Bagi saya, membayar mahal untuk memperoleh perawatan di rumah sakit itu bukan masalah. Akan tetapi, ketika rumah sakit mematok harga yang begitu tinggi di saat-saat kritis seperti sekarang, itulah yang sebenarnya menjadi masalah,” kata Gulati kepada AFP.

“Bagaimana jika yang jatuh sakit berikutnya adalah saya? Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya menjual semua properti dan perhiasan saya?” tutur perempuan itu.

Kebobrokan sistem kesehatan India tidak cukup sampai di situ. Saluran TV Mirror Now mengungkapkan, setidaknya ada lima rumah sakit di New Delhi yang meminta pasien virus corona membayar hingga 5.250 dolar AS (Rp75 juta) agar bisa diterima.

Gubernur Delhi, Arvind Kejriwal, menuding rumah sakit-rumah sakit swasta telah berbohong tentang ketersediaan tempat tidur mereka. Dia pun menjanjikan sanksi yang keras kepada rumah sakit yang kedapatan memeras uang pasien.

Namun para ahli justru mempertanyakan kemampuan pemerintah setempat dalam menangani pandemi. Ahli virologi India, Shahid Jameel mengatakan, Delhi, seperti kota-kota besar lainnya di negara itu, belum banyak melakukan tes Covid-19 kepada warganya. Sejauh ini, tes yang dilakukan pemerintah setempat hanya mencakup satu persen dari populasi kota itu.

“Saat ini Pemerintah Delhi sedang melakukan segalanya untuk membuat orang panik,” ujar Jameel kepada AFP.

“Pengujian harus dilakukan secara agresif. Saya tidak mengerti logika pengujian hanya pada orang-orang yang bergejala. Bagaimana Anda akan menemukan angka pasti infeksi yang telah menyebar di masyarakat, jika Anda tidak mengujinya?” ucapnya.

India per hari ini telah mencatatkan lebih dari 300.000 kasus infeksi virus corona, dengan hampir 9.000 di antaranya berupa kasus kematian.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut