Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Dari Sekutu Jadi Ancaman, Kisah Pahit Imigran Afghanistan yang Berbalik Menyerang AS
Advertisement . Scroll to see content

Bom Pemilu Afghanistan: 15 Orang Tewas, Pemungutan Suara Diperpanjang

Senin, 22 Oktober 2018 - 07:38:00 WIB
Bom Pemilu Afghanistan: 15 Orang Tewas, Pemungutan Suara Diperpanjang
Warga antre untuk memberikan suara dalam pemilu parlemen di Afghanistan. (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

KABUL, iNews.id - Para pemegang hak suara di Afghanistan menghadapi sejumlah serangan mematikan saat mengikuti pemilu parlemen yang dinantikan masyarakat negara itu selama bertahun-tahun.

Beberapa ledakan bom terjadi di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS), di berbagai kota di Afghanistan. Akibatnya, puluhan orang tewas dan mengalami luka-luka.

Periode pemungutan suara pun diperpanjang karena penundaan yang berkaitan dengan serangan tersebut. Beberapa TPS tetap buka hingga Minggu (21/10/2018).

Kekerasan yang terjadi sebelumnya juga menganggu kampanye pemilu. Setidaknya 10 kandidat anggota parlemen terbunuh hingga periode pemungutan suara.

Taliban dan ISIS menyatakan tak akan membiarkan pemilu parlemen di Afghanistan berlangsung mulus.

Lebih dari 2.500 calon anggota dewan, termasuk para perempuan, memperbutkan 250 kursi di parlemen. Pemilu digelar setelah penundaan hampir selama tiga tahun.

Menurut laporan AFP, Senin (22/10/2018), setidaknya 15 orang tewas akibat bom bunuh diri di Kabul. Sekitar tiga orang dilaporkan tewas dan 30 orang lainnya terluka dalam serangan bom di Kabul.

Dua polisi dilaporkan terluka saat hendak meredakan ledakan di dekat TPS di kawasan barat laut Kabul.

Tiga orang tewas dan 50 korban lainnya luka-luka di Kota Kunduz, sementara dua orang lainnya tewas akibat ledakan di Nangarhar.

Personel kepolisian turut menjadi sasaran serangan di Provinsi Ghor. Setidaknya empat polisi tewas akibat ledakan, walau terdapat catatan lain yang menyebut jumlah korban tewas mencapai 11 orang.

Kementerian Pertahanan mengerahkan 70 ribu personel untuk memastikan pemilu berlangsung aman. Namun hampir satu per tiga TPS tutup karena alasan keamanan.

Persoalan yang ada bukan hanya keamanan. Pemilu sebelum ini juga diwarnai korupsi dan suap. Terdapat penambahan jumlah suara, dua suara untuk satu pemilih, hingga intimidasi terhadap pemegang suara.

Akibat berbagai kendala itu, proses pemilihan di Provinsi Kandahar ditunda satu pekan setelah pembunuhan pejabat tinggi kepolisian, Jenderal Abdul Raziq, yang diduga dilakukan Taliban, pada Kamis lalu.

Penundaan pemilu juga terjadi di Provinsi Ghanzi.

Pada Sabtu (20/10/2018) kemarin, persoalan teknis dan kelembagaan membuat pemungutan suara berhenti di beberapa TPS.

Terdapat permasalahan dalam peralatan registrasi pemegang hak suara yang berbasis teknologi biometri.

Di Provinsi Uruzgan, 15 orang dilaporkan ditangkap saat berusaha merusak peralatan biometri yang menyebabkan penundaan tersebut.

Dilaporkan AFP, Komisi Pemilu Independen menyebut sebagian besar TPS buka hingga malam karena guru-guru yang dipekerjakan untuk supervisi proses pemungutan suara datang terlambat.

Meski begitu, komisi itu menganggap tingkat kehadiran pemilih cukup memuaskan.

Terlihat antrean panjang di sejumlah TPS. Salah seorang pemilih, Musfata, menyebut antrean warga yang ingin memilih sangat panjang.

"Mereka harus mencatat suara kami secepat mungkin. Kami takut bom, ledakan mungkin akan menghantam kami," ujar Mustafa.

Hasil pemilu diperkirakan tidak akan muncul dalam waktu dekat.

Perhitungan awal dijadwalkan selesai setidaknya 20 hari usai pemungutan suara atau tanggal 10 November mendatang.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut