Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Profil Kim Yong Nam Mantan Kepala Negara Korea Utara yang Meninggal, Diplomat Kawakan
Advertisement . Scroll to see content

Bos Intelijen AS: Korut Tak Akan Serahkan Senjata Nuklirnya

Rabu, 30 Januari 2019 - 09:35:00 WIB
Bos Intelijen AS: Korut Tak Akan Serahkan Senjata Nuklirnya
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menghadiri uji coba peluncuran roket Hwasong-14. (Foto: KCNA/REUTERS)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut Korea Utara (Korut) tidak mungkin menyerahkan senjata nuklir mereka sepenuhnya.

Dalam presentasi di hadapan para anggota Senat, Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats serta petinggi badan intelijen lainnya memaparkan bahwa kepemilikan senjata nuklir sangat penting bagi keberadaan rezim Korut.

"Karena itu, Korea Utara kemungkinan tidak akan menyerahkan semua pasokan senjata dan kemampuan memproduksi senjata, bahkan ketika berupaya merundingkan langkah-langkah denuklirisasi parsial untuk memperoleh konsesi-konsesi kunci dari AS dan internasional," kata Coats, seperti dilaporkan BBC, Rabu (30/1/2109).

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong Un, pada Februari mendatang.

Ini merupakan pertemuan kedua setelah tatap muka mereka di Singapura pada Juni 2018 lalu, untuk merundingan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Meski demikian, topik itu hanya mengalami sedikit kemajuan sejak pertemuan tersebut.

Laporan intelijen bertajuk 'Tinjauan Ancaman Dunia' itu juga menyoroti berkembangnya ancaman dari China dan Rusia yang "semakin sejalan" sejak pertengahan 1950-an.

Kedua negara disebut punya kemampuan mata-mata siber canggih, yang mungkin bakal digunakan untuk mempengaruhi pemilihan presiden AS 2020.

Di samping itu, laporan tersebut mengungkap bahwa Iran saat ini tidak sedang membuat senjata nuklir.

"Walaupun kemampuan militer yang meningkat dan ambisi regionalnya mungkin akan mengancam kepentingan AS di masa mendatang," sebut Coats.

Dalam sesi dengar pendapat di Senat, Direktur CIA Gina Haspel mengatakan Iran secara teknis mematuhi perjanjian nuklir 2015 walau AS menarik diri.

Keputusan AS mundur dari perjanjian itu dibuat Trump pada 2018 guna mengekang ambisi nuklir Iran. Untuk tujuan itu, Trump juga memerintahkan pengetatan sanksi terhadap Iran.

Di Timur Tengah, laporan intelijen AS menyebutkan kelompok ISIS belum dikalahkan, walau Trump mengatakan sebaliknya.

Kendati kemungkinan tidak bertujuan mengambil wilayah baru, ISIS disebut tetap ingin mengambil alih wilayah Irak dan Suriah.

"ISIS akan mencoba mengeksploitasi ketidakpuasan kaum Sunni, ketidakstabilan masyarakat, dan pasukan keamanan yang lemah untuk mengambil alih wilayah di Irak dan Suriah dalam jangka panjang," demikian isi laporan tersebut.

Keputusan Trump menarik mundur pasukan AS dari Suriah disambut para sekutu AS dengan kekagetan. Trump berkeras ISIS sudah dikalahkan.

Hal itu disuarakan kembali oleh Pelaksana tugas Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan.

"Saya bisa katakan 99,5 persen lebih wilayah yang tadinya dikendalikan ISIS kini sudah dikembalikan ke rakyat Suriah. Dalam beberapa pekan, jumlahnya mencapai 100 persen," ujarnya.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut