Bukan Hanya Indonesia, Jepang Juga Pernah Salah Beri Peringatan Gempa Picu Kepanikan
JAKARTA, iNews.id - Masyarakat Indonesia, Kamis (27/5/2021), dihebohkan dengan pesan singkat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal peringatan tsunami dari gempa bermagnitudo 8,5 di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT pada pukul 10.14 WIB.
BMKG kemudian memastikan pesan itu salah atau terjadi error pada sistem. Penyelidikan pun digelar untuk mengungkap penyebab kesalahan yang telanjur membuat panik warga ini.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang, karena hasil monitoring BMKG saat ini tidak terjadi gempa berkekuatan M8,5 di wilayah Indonesia, sehingga secara institusi BMKG tidak mengeluarkan Peringatan DIni Tsunami," kata Kepala Humas BMKG, Akhmad Taufan Maulana.
Ternyata kesalahan memberikan peringatan gempa kepada warga juga pernah terjadi di Jepang hingga memicu kepanikan. Jepang merupakan negara yang sering diguncang gempa besar, seperti Indonesia, karena posisinya yang berada di Cincin Api Pasifik.
Seperti diketahui, di Jepang peringatan gempa dikirim melalui pesan SMS, pengeras suara di tempat umum, serta radio dan televisi, di seluruh lokasi yang diperkirakan terdampak guncangan.
Pesan peringatan darurat gempa yang dikirim ke jutaan warga Jepang melaui ponsel terjadi pada 5 Januari 2018. Peringatan itu sempat mengganggu jaringan transportasi di Tokyo sebelum peringatan itu dipastikan palsu akibat adanya sistem error pada perangkat peringatan gempa bumi di pusat.
"Gempa bumi terjadi di lepas pantai Ibaraki. Bersiaplah untuk goncangan yang kuat," demikian isi pesan melalui ponsel.
Warga pun bersiap menghadapi guncangan dengan mengikuti prosedur gempa. Layanan transportasi massal seperti kereta dihentikan sementara. Namun setelah ditunggu beberapa saat gempa tak kunjung muncul.
Pesan dari Badan Meteorologi Jepang itu disebabkan adanya kesalahan pembacaan sistem peringatan terhadap dua gempa kecil yang terjadi di waktu bersamaan.
Badan meteorologi menyebut gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) mengguncang Prefektur Ibaraki. Padahal yang terjadi adalah gempa 4,4 SR dan 3,9 SR pada pukul 11.02 waktu setempat. Titik pusat gempa berada di laut, berjarak 350 kilometer sebelah barat dan getarannya tidak dirasakan sampai daratan.
Stasiun televisi NHK menayangkan bagaimana perdana menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, mengecek ponselnya begitu alarm berbunyi.
Warga juga sempat diminta melindungi diri dan menjauhi benda-benda yang tak stabil terhadap guncangan.
Peringatan gempa yang salah juga terjadi pada Agustus 2016 di Jepang, peringatan dikirim kepada warga untuk gempa berkekuatan 9,1 SR, namun guncangan besar tak terjadi kala itu.
Editor: Anton Suhartono