Cerita 1 Keluarga Asal Prancis Merasakan 2 Gempa Besar di Lombok
JAKARTA, iNews.id - Gempa bumi 7 Skala Richter (SR) yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan sekitarnya, Minggu (5/8/2018) malam, menjadi pengalaman tersendiri bagi para turis asing. Bahkan, mungkin ini pengalaman pertama mereka merasakan gempa besar.
Pengalaman kengerian saat gempa mengguncang dirasakan wisatawan asal Prancis, Gino Poggiali. Apalagi, dia yang berwisata bersama istri dan dua anaknya merasakan dua kali gempa. Saat gempa pertama 6,4 SR mereka berada di Bali dan ikut merasakannya. Sedangkan gempa kedua pada Minggu malam, mereka berada di Lombok.
"Saya berada di rooftop hotel dan bangunan mulai bergoyang sangat kencang. Saya merasakan dua meter bergoyang ke kiri lalu dua meter ke kanan, membuat saya tidak bisa berdiri," kata Poggiali (43), dikutip dari AFP.
Istrinya, Maude (44), menambahkan, peristiwa gempa kedua ini benar-benar membuatnya panik.
"Ini sudah cukup untuk berada di Indonesia. Berikutnya, kami akan (berlibur) di Prancis saja atau di daerah lain yang dekat," ujarnya.
Lain halnya dengan wisatawan asal Spanyol, Carlos Romartinez (24). Gempa ini tak membuatnya kapok untuk terus mengeksplorasi Indonesia. Dia menyudahi perjalanan di Lombok untuk menuju Flores.
"Semua aktivitas dihentikan. Kami tak bisa menyelam, kami tidak bisa melakukan apa pun jadi kami akan pergi ke pulau lain," katanya.
Turis asal Belanda, Marc Ganbuwalba, mengalami luka di lutut saat keluar dari restoran untuk menyelamatkan diri. Dia pun mempersingkat perjalanannya karena kesulitan berjalan.
"Saya memperpendek liburan karena tidak bisa berjalan dan sudah tidak mood lagi," kata pria berusia 26 tahun itu dengan kondisi kaki dibalut.
"Kami hanya ingin berterima kasih kepada Tuhan dan staf hotel yang benar-benar membantu kami. Beberapa dari mereka mengatakan rumah mereka sendiri telah hancur tetapi mereka masih membantu kami," katanya, menambahkan.
Menteri Kehakiman dan Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam, di Kota Mataram saat gempa mengguncang. Dia sedang berada di lantai 10 hotel pada Minggu malam saat gempa. Kamar hotelnya berguncang keras dan dindingnya retak.
"Tidak mungkin untuk berdiri saat itu, Terdengar suara jeritan. Keluar dan saya menuju tangga saat bangunan masih bergetar. Listrik sempat mati sementara. Ada banyak retakan dan pintu yang rubuh," kata dia, di akun Facebook-nya.
Sementara, Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton yang berada di lantai 12 juga berbagi cerita.
"Kami jatuh ke lantai. Kami cukup beruntung bisa keluar. Semua orang terguncang tapi baik-baik saja," kata dia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sekitar 1.000 turis asing dan dalam negeri berada di kepulauan Gili saat gempa, namun tak ada laporan korban luka.
Lombok dan Bali merupakan salah satu surga wisata bagi turis. Gempa ini jelas memengaruhi rencana mereka untuk melanjutkan liburan. Banyak dari wisatawan asing yang memperpendek liburan di Lombok dan Bali.
Maskapai penerbangan pun menambah perjalanan mereka di Lombok dan Bali untuk menampung para wisatawan keluar dari pulau itu.
Garuda Indonesia memberlakukan penerbangan ekstra dari Bandara Internasional Lombok. Hal sama dilakukan AirAsia. CEO Tony Fernandes dalam cuitannya mengatakan, pihaknya mengupayakan menambah penerbangan.
Langkah yang sama dilakukan Lion Air dan Citilink. Kedua maskapai itu mengakui adanya lonjakan permintaan dari Lombok dan Bali.
Editor: Anton Suhartono