Cerita Kengerian Mobil Seruduk Kerumunan Fans Liverpool, Korban Terlempar ke Udara
LIVERPOOL, iNews.id - Sebuah mobil minivan menyeruduk kerumuman fans sepak bola Liverpool yang sedang mengikuti parade kemenangan klub di kota tersebut, Senin (26/5/2025), sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Insiden itu melukai 47 orang, termasuk empat anak-anak.
Seorang saksi mata yang tak menyebutkan identitasnya mengatakan kepada BBC, dikutip Selasa (27/5/2025), peristiwa itu terjadi sekitar 10 menit setelah bus yang membawa tim Liverpool FC melintas di Water Street, Kota Liverpool, Inggris, tempat kejadian.
Mengetahui ada mobil yang melaju tak terkendali ke kerumunan, dia menarik anak perempuannya keluar dari jalanan.
Saksi lain, Les Winsper (55), mengatakan kepada surat kabar The Guardian, beberapa orang menggedor jendela mobil yang melaju di kerumunan hingga memecahkan kaca jendela. Pengemudi tampaknya panik lalu menginjak pedal gas.
"Dia kemudian menabrak satu orang hingga mengempasnya ke udara lalu menabrak orang lainnya," kata Winsper.
Saksi lain, Mike Maddra, melihat sebuah mobil menyalip lalu menabrak pejalan kaki.
"Mobil berbelok ke kiri, naik trotoar, menuju ke arah kami dan melaju ke arah gedung-gedung," ujarnya.
Dia memastikan mobil dilajukan dengan kecepatan tinggi.
Mobil minivan itu kemudian berhenti di pinggir jalan karena terhalang. Sementara empat orang pejalan kaki sempat terperangkap di kolong kendaraan dalam kondisi luka serius.
Polisi baru menangkap pengemudi mobil, pria berusia 53 tahun, yang sempat kabur dari lokasi kejadian sebelum pukul 20.00.
Wakil Kepala Kepolisian Merseyside Jenny Sim mengatakan, insiden ini tidak diperlakukan sebagai serangan terorisme, meski sebelumnya Kepolisian Antiterorisme North West membantu penyelidikan. Meski demikian Sim belum bisa memastikan motif kejadian.
Penyelidikan masih berlangsung, tenda forensik biru besar didirikan di tempat kejadian.
Water Street dipenuhi ribuan fans Liverpool saat insiden terjadi, merayakan keberhasilan klub Liga Premiere berjuluk The Reds itu sebelum berubah menjadi peristiwa mengerikan.
Editor: Anton Suhartono