Coba Panjat Pagar Perbatasan AS, Seorang Perempuan Imigran Terluka
MEXICO CITY, iNews.id - Seorang perempuan terluka setelah berupaya memanjat pagar perbatasan Amerika Serikat (AS)-Meksiko bersama kedua anaknya yang masih kecil.
Agen patroli di perbatasan, Tekae Michael, mengatakan perempuan Guatemala berusia 26 tahun itu tertusuk besi pada pagar pembatas saat terjatuh di dekat pintu perbatasan San Ysidro.
Luka-lukanya tidak mengancam jiwa dan dia sudah dilarikan ke sebuah rumah sakit di AS.
Dilaporkan Los Angeles Times, Senin (26/11/2018), kedua anaknya –yang berusia tiga dan lima tahun– diserahkan ke tempat penampungan yang dikelola patroli perbatasan.
Kepada pihak berwenang, perempuan itu mengaku bukan bagian dari kelompok imigran yang melakukan perjalanan dari Amerika Tengah ke Tijuana, suatu kota di perbatasan Meksiko.
Para petugas di perbatasan mengatakan, besi yang ada di pagar perbatasan itu merupakan bagian dari piranti baru yang dipasang untuk menggantikan pagar yang sudah berumur puluhan tahun, dan tidak terkait dengan misi memperkuat pagar yang dilakukan baru-baru ini untuk menghadapi kedatangan rombongan migran Amerika Tengah.
Sebelumnya diberitakan, pihak berwenang AS menyetop semua lalu lintas ke arah utara dan selatan di pos perbatasan San Ysidro antara San Diego dan Tijuana, Meksiko, setelah para imigran memadati perbatasan itu pada Minggu (26/11/2018).
Para pejabat AS juga menutup perlintasan perbatasan di California selatan setelah ratusan imigran mencoba menerobos pagar di Tijuana.
Video yang beredar di Twitter menunjukkan, sejumlah besar imigran yang berlari melintasi sebuah perairan beton dangkal menuju perbatasan.
Sekitar 5.000 imigran, banyak diantara mereka berupaya menghindari kemiskinan dan kekerasan di negara mereka, tiba di Tijuana, di sebelah selatan California, AS, setelah melintasi Meksiko.
Para imigran ini tiba di Tijuana setelah melakukan perjalanan lebih dari 4.000 kilometer dari Amerika Tengah.
Mereka mengatakan melarikan diri dari penganiayaan, kemiskinan, dan kekerasan di negara asal mereka; Honduras, Guatemala, dan El Salvador.
Namun, mereka kini menghadapi penantian panjang untuk melihat apakah permohonan suaka mereka akan diterima oleh AS.
Editor: Nathania Riris Michico