Covid Varian Delta Mengganas, Rusia Mulai Berikan Vaksin Booster untuk Warga
MOSKOW, iNews.id - Klinik-klinik kesehatan di ibu kota Rusia, Moskow, mulai menawarkan suntikan booster vaksin Covid-19, Kamis (1/7/2021), menyusul lonjakan kasus infeksi akibat varian Delta.
Rusia melaporkan 672 kasus kematian harian akibat Covid-19 pada Kamis, jumlah tertinggi sejak pandemi. Sementara itu kasus infeksi Covid-19 bertambah 23.543 penderita, jumlah harian terbanyak sejak 17 Januari 2021. Sebanyak 7.597 di antaranya berada di Moskow. Total kasus infeksi secara nasional menjadi 5.538.142 orang.
Kementerian Kesehatan Rusia mengeluarkan aturan baru program vaksinasi nasional, merekomendasikan klinik-klinik memberikan suntikan booster kepada warga yang sudah mendapatkan dua dosis dengan jeda 6 bulan atau lebih.
Rusia menjadi salah satu negara pertama di dunia yang menggulirkan suntikan Covid booster.
Menurut kementerian, kampanye ini merupakan tindakan darurat karena kasus infeksi virus corona di Rusia meningkat tajam, sementara tingkat vaksinasi rendah. Negara itu baru menyuntik 16 persen dari total penduduknya sejak meluncurkan program vaksinasi pada Januari 2021.
Vaksinasi booster darurat akan diberikan kepada warga yang sudah mendapatkan vaksin penuh sampai setidaknya 60 persen dari populasi dewasa disuntik.
Rusia sebelumnya menargetkan angka tersebut dicapai pada musim gugur, namun pada Selasa lalu Kremlin memastikan pencapaian meleset.
Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan, vaksin booster akan menggunakan salah satu dari empat produk yang sudah mendapat izin. Produk Sputnik V akan digunakan di delapan klinik kotanya.
Para ilmuwan yang mengembangkan Sputnik V sebelumnya mengatakan, vaksin tersebut bisa memberikan perlindungan bagi pengguna 6 bulan lebih. Namun mereka merekomendasikan dosis booster perlu diberikan di jeda waktu tersebut guna memastikan jumlah antibodi di tubuh pengguna berada pada tingkat tinggi untuk melawan varian Delta.
“Kita perlu mengawasi strain ini, menjaga tingkat antibodi tetap tinggi melalui vaksinasi ulang,” kata Alexander Gintsburg, direktur Institut Gamaleya, perusahaan yang mengembangkan Sputnik V, dikutip dari Reuters.
Editor: Anton Suhartono