Daftar 8 Perang dan Konflik yang Dihentikan Trump, dari Gaza hingga Sengketa Sungai Nil
JAKARTA, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim telah menghentikan delapan perang dan konflik selama 10 bulan masa jabatan periode keduanya.
Namun, klaim ini menjadi sorotan karena sejumlah ahli mempertanyakan sejauh mana perannya benar-benar menentukan dan apakah semua konflik tersebut adalah “perang” dalam arti sesungguhnya.
BBC Verify menelaah delapan konflik yang diklaim Trump telah dihentikannya, dan berikut ringkasannya.
Trump mengklaim mediasi AS di perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada Oktober lalu membantu meredakan konflik bersenjata yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata yang berlangsung sejak 10 Oktober.
Menurut para ahli, ini adalah pencapaian penting, namun perdamaian jangka panjang sulit dicapai karena isu-isu besar seperti perlucutan senjata Hamas dan status pemerintahan Gaza belum terselesaikan.
Konflik singkat 12 hari setelah Israel menyerang Iran pada Juni. Kemudian Trump menyatakan gencatan senjata dicapai setelah perundingan dan berlaku mulai 24 Juni.
Namun, para analis menyebut ini bukan “perdamaian permanen”, melainkan lebih ke keadaan gencatan senjata de facto.
Trump menyatakan AS memediasi perjanjian “Full and Immediate Ceasefire” antara India dan Pakistan pada Mei lalu yang dipicu serangan teror di Kashmir. Menurut dia, negosiasi AS sangat menentukan.
Namun, pejabat India menyebut pembicaraan berlangsung melalui saluran militer yang ada, bukan semata karena mediasi AS.
Negosiasi damai berlangsung di Washington DC pada Juni untuk menyelesaikan konflik lama yang dipicu oleh kelompok pemberontak M23 dan dugaan dukungan Rwanda.
Trump menyebut kesepakatan itu sebagai kemenangan diplomatik, namun beberapa laporan menunjukkan bahwa kekerasan masih terjadi setelah kesepakatan damai.
Konflik perbatasan yang pecah selama 4 hari berhasil ditanggulangi setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif tinggi pada ekspor jika Kamboja dan Thailand tidak menghentikan pertempuran.
Kedua negara akhirnya menyepakati gencatan senjata cepat pada Juli, yang juga atas peran Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dalam kapasitas negara itu sebagai pemimpin ASEAN.
Konflik di Nagorno-Karabakh berlarut-larut, dan Trump mengklaim perannya sebagai mediator dalam kesepakatan perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan, yang disahkan dalam upacara di Gedung Putih pada Agustus lalu.
Trump menyatakan telah berperan dalam meredam ketegangan lama antara Mesir dan Ethiopia terkait pembangunan Bendungan Renaissance Besar di Sungai Nil pada Oktober.
Meski ada pembicaraan dan diplomasi, kesepakatan resmi penuh belum tercapai.
Trump pada 27 Juni lalu mengklaim berhasil mencegah “perang besar” antara Serbia dan Kosovo dengan ancaman tarif perdagangan AS. Namun para ahli mencatat, kedua negara belum menunjukkan tanda-tanda konflik militer aktif baru.
Klaim menghentikan perang juga dianggap dilebih-lebihkan.
Beberapa dari konflik ini bukanlah “perang” konvensional yang melibatkan pasukan besar, melainkan insiden militer, ketegangan perbatasan, atau konflik proksi.
Beberapa pakar menyebut klaim Trump berlebihan karena perdamaian yang tercapai masih rapuh atau bersifat sementara.
Tidak semua perjanjian yang diklaim Trump selesai melalui kesepakatan permanen, beberapa hanya gencatan senjata.
Editor: Anton Suhartono