Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Nah! Warga Nigeria Sebut Serangan AS Salah Sasaran, bukan Ngebom Lokasi ISIS
Advertisement . Scroll to see content

Dahsyatnya Dampak Tarif Trump, Pengangguran Negara Ini Meroket Jadi 30% padahal Belum Berlaku

Kamis, 10 Juli 2025 - 15:11:00 WIB
Dahsyatnya Dampak Tarif Trump, Pengangguran Negara Ini Meroket Jadi 30% padahal Belum Berlaku
Keputusan Donald Trump menjatuhkan tarif masuk 50 persen terhadap Lesotho berdampak luar biasa bagi dunia usaha (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

CAPE TOWN, iNews.id - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menjatuhkan tarif masuk sebesar 50 persen terhadap Lesotho berdampak luar biasa bagi perekonomian negara kecil di Afrika Selatan tersebut. Belum resmi diberlakukan, kebijakan ini sudah membuat angka pengangguran di Lesotho melonjak tajam jadi 30 persen, memaksa pemerintah setempat mengumumkan status darurat bencana nasional selama 2 tahun.

Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Wakil Perdana Menteri Lesotho, Nthomeng Majara, pada Rabu (9/7/2025), menyusul gelombang kebangkrutan yang melanda berbagai sektor industri, terutama tekstil, tulang punggung ekspor Lesotho ke Amerika Serikat.

“Kami menetapkan status bencana hingga 30 Juni 2027 untuk memitigasi dampak ekonomi akibat krisis pengangguran yang memburuk secara drastis,” kata Majara.

Langkah Trump menjatuhkan tarif 50 persen terhadap Lesotho diumumkan pada April lalu sebagai bagian dari kebijakan tarif resiprokal terhadap negara-negara mitra dagang AS. Meski penerapannya sempat ditunda 90 hari dan kemudian diperpanjang hingga 1 Agustus 2025 untuk memberi ruang negosiasi, efeknya sudah dirasakan jauh sebelumnya.

Sektor Tekstil Lumpuh, Kaum Muda Terdampak

Lesotho adalah negara berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa. Berdasarkan data resmi, pengangguran di kalangan anak muda telah mencapai hampir 50 persen. Industri tekstil, yang menyerap sekitar 40.000 tenaga kerja, merupakan sektor paling terdampak karena sebagian besar ekspornya ditujukan ke pasar Amerika.

Menurut Observatory of Economic Complexity (OEC), pada 2023 Lesotho mengekspor barang senilai 228 juta dolar AS ke Amerika Serikat, dengan sektor tekstil sebagai kontributor utama. Di sisi lain, nilai impor ke Lesotho dari AS pada tahun yang sama tercatat di bawah 8 juta dolar.

Artinya, AS adalah mitra dagang kedua paling menguntungkan bagi Lesotho, dengan ekspor ke Negeri Paman Sam menyumbang lebih dari 10 persen Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

“Kami belum merasakan tarif itu berlaku, tetapi dampaknya sudah seperti badai. Pabrik tutup, pekerja di-PHK, dan kepercayaan investor jatuh,” ujar salah satu pelaku industri tekstil lokal.

Trump: Lesotho, Negara yang Tak Pernah Didengar Siapa pun

Kontroversi Trump terhadap Lesotho tidak berhenti pada tarif. Pada Maret lalu, Trump juga memutuskan menghentikan bantuan dari Badan Pembangunan Internasional (USAID) kepada negara itu. Lesotho sebelumnya menerima bantuan sekitar 8 juta dolar AS per tahun dari lembaga tersebut.

Dalam pidatonya saat itu, Trump meremehkan Lesotho dengan menyebutnya sebagai “negara yang belum pernah didengar siapa pun.”

Pernyataan tersebut menimbulkan kemarahan di dalam negeri Lesotho dan memperburuk sentimen terhadap AS.

Kekhawatiran Global dan Reaksi Dunia

Keputusan Lesotho menetapkan status bencana nasional mendapat sorotan dari berbagai lembaga internasional. Beberapa pakar memperingatkan bahwa langkah proteksionisme agresif seperti yang dilakukan Trump dapat menciptakan efek domino di negara-negara berkembang lain yang sangat bergantung pada akses pasar Amerika.

“Ini bukti nyata bahwa kebijakan tarif unilateral bisa menghancurkan ekonomi negara kecil,” ujar seorang analis dari African Economic Institute.

Saat ini, pemerintah Lesotho berupaya mencari pasar ekspor alternatif dan menjalin kerja sama baru dengan negara-negara seperti China, India, dan Uni Afrika. Namun, proses ini diperkirakan tidak akan cukup cepat untuk mengatasi dampak langsung dari anjloknya ekspor ke AS.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut