YANGON, iNews.id – Sekelompok biksu berjubah kuning kunyit ikut bergabung di barisan depan demonstrasi bersama para buruh dan mahasiswa di Yangon, Myanmar, Senin (8/2/2021). Mereka menjadi kelompok terbaru yang ikut menolak kudeta oleh militer terhadap pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.
Para biksu tampak mengibarkan bendera Buddha warna-warni di samping spanduk merah—warna khas partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai Suu Kyi yang memenangkan pemilu November 2020 lalu.
Iran Bohong, Aksi Tembak Jatuh Jet Tempur Siluman F-35 Israel Ternyata Hoaks
“Bebaskan pemimpin kami, hormati suara kami, tolak kudeta militer. Selamatkan demokrasi. Katakan tidak pada kediktatoran,” tulis para biksu dalam kertas yang mereka bawa, dikutip Reuters, Senin (8/2/2021).
Polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa di Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw, hari ini. Ada puluhan ribu orang di seluruh negeri itu ikut dalam demonstrasi hari ketiga menentang penangkapan Suu Kyi, dan perebutan kekuasaan oleh militer sepekan yang lalu.
Puluhan Ribu Warga Myanmar Kembali Demonstrasi Tolak Kudeta, Bawa Serta Keluarga
Selain para biksu, ribuan orang berpakaian hitam dari kepala sampai kaki juga ikut berbaris dalam rombongan unjuk rasa di Kota Dawei, di pesisir tenggara Myanmar, dan di ibu kota Negara Bagian Kachin di ujung utara negeri itu.
Ribuan Orang di Kota Yangon Protes Kudeta Myanmar, Pendemo: Diktator Militer Gagal!
Seruan untuk ikut bergabung dalam aksi protes antikudeta semakin meluas, bahkan semakin terorganisasi. Para peserta aksi mulai dari masyarakat biasa, petugas kesehatan, guru, dosen hingga mahasiswa. Tak hanya masyarakat Myanmar, kecaman internasional juga berdatangan.
“Kami petugas kesehatan memimpin kampanye ini, untuk mendesak semua staf pemerintah ikut bergabung. Pesan kami kepada publik, kami bertujuan sepenuhnya untuk menghapus rezim militer ini, dan kami harus berjuang untuk takdir kami,” kata Aye Misan, seorang perawat di sebuah rumah sakit pemerintah dalam protes di kota terbesar Yangon.

Protes pada akhir pekan kemarin tercatat sebagai demonstrasi terbesar sejak “Revolusi Kunyit” yang dipimpin oleh para biksu Budha pada 2007. Sejauh ini, demonstrasi masih terkendali, tidak seperti penumpasan berdarah selama protes besar 1988 dan 2007.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku