Dilabeli Australia Organisasi Teroris, Begini Reaksi Hamas Palestina
GAZA, iNews.id – Kelompok Hamas yang menguasai Gaza, Palestina, mengutuk keputusan Australia memasukkan mereka ke dalam daftar organisasi teroris. Mereka menilai langkah pemerintah negeri kanguru kali ini menunjukkan sikap bias yang mendukung Israel.
“Pendudukan (Israel), yang dengan sengaja menyasar (menyerang) warga Palestina di mana-mana, dan melanggar hukum internasional dan kemanusiaan, adalah pihak yang seharusnya diklasifikasikan sebagai entitas teroris,” kata Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (18/2/2022).
Pemerintah Australia sebelumnya menyatakan maksud untuk mendaftarkan kelompok Hamas secara keseluruhan sebagai organisasi teroris di bawah hukum pidana negara itu. Keputusan Canberra itu menyusul langkah serupa yang diambil Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris.
“Pandangan Hamas dan kelompok ekstremis kekerasan yang terdaftar hari ini sangat mengganggu dan tidak ada tempat di Australia untuk ideologi kebencian mereka,” ungkap Menteri Dalam Negeri Australia, Karen Andrews, dalam sebuah pernyataan, Kamis (17/2/2022).
Sayap militer Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam, sudah lebih dulu masuk dalam daftar organisasi teroris di Australia.
Andrews mengatakan, selain Hamas, Australia juga mendaftarkan tiga kelompok lain sebagai organisasi teroris. Ketiganya yaitu Hay'at Tahrir al-Sham dan Hay'at Tahrir al-Sham, yang berbasis di Suriah, dan; Ordo Sosialis Nasionalis, sebuah kelompok yang berbasis di Amerika Serikat.
Empat kelompok militan Islam lainnya, yakni Abu Sayyaf, al-Qaeda, al-Qaeda di Negeri Maghreb Islam, dan Jemaah Islamiyah, juga terdaftar kembali di bawah label tersebut.
Hamas memiliki sayap politik dan militer. Kelompok itu memerintah Jalur Gaza sejak meletusnya perang saudara pada 2007. Kala itu, Hamas mengusir pasukan yang setia kepada Presiden Palestina yang didukung Barat, Mahmoud Abbas. Saat ini, pengaruh Abbas tetap dominan di wilayah Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Hamas didirikan pada 1987 dan menentang keberadaan Israel dan negosiasi damai dengan zionis. Mereka menyerukan perlawanan bersenjata terhadap pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Editor: Ahmad Islamy Jamil