Disiksa Militer Israel, Thunberg: Tak Ada Apa-apanya Dibanding Penderitaan Warga Gaza
STOCKHOLM, iNews.id - Aktivis Swedia Greta Thunberg mengungkap penganiayaan dan pelecehan yang dialaminya oleh pasukan Israel selama penahanan. Dia dan 170 aktivis internasional Global Sumud Flotilla (GSF) lainnya dideportasi pada Senin (6/10/2025) melalui Yunani dan Slovakia.
Thunberg, dalam konferensi pers setibanya di Stockholm, Swedia, Selasa (7/10/2025), mengatakan dia dan aktivis lainnya bahkan disiksa oleh militer Israel.
Namun perempuan 22 tahun itu menolak menceritakan lebih rinci penyiksaan yang dialaminya. Thunberg hanya mengatakan dia tidak mendapat air bersih serta pengobatan yang dibutuhkan.
“Secara pribadi, saya tidak ingin menceritakan apa yang saya alami karena saya tidak ingin menjadi berita utama 'Greta telah disiksa', karena bukan itu cerita di sini,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/10/2025).
Thunberg menegaskan, apa yang dialaminya di tahahan Israel tidak seberapa dibandingkan dengan penderitaan warga Gaza setiap hari.
Saksi mata aktivis GSF asal Turki, Ersin Celik, mengatakan kepada Anadolu, pasukan Israel melakukan kekerasan fisik dan pelecehan kepada Thunber.
“Mereka menjambak rambutnya, menyeret, memukuli, lalu memaksanya mencium bendera Israel,” kata Celik.
Saksi lain, jurnalis Italia Lorenzo D’Agostino, Thunberg bahkan diselimuti bendera Israel dan diarak seperti trofi oleh para tentara.
Berdasarkan email misi diplomatik Swdia di Tel Aviv, Thunberg juga dipaksa memegang bendera Israel untuk difoto, perlakuan yang disebut sang aktivis sebagai memalukan dan tidak manusiawi.
“Dia dipaksa memegang bendera saat foto diambil. Setelah itu dia bertanya apakah foto-fotonya telah disebarluaskan,” demikian isi email.
Selain dipaksa berpose dengan simbol negara Israel, Thunberg dilaporkan tidak mendapat makanan dan air yang memadai, bahkan harus tidur di sel penuh kutu busuk. Akibatnya, dia mengalami dehidrasi dan luka di kulit.
Aktivis lingkungan yang dikenal sebagai pembela Palestina itu merupakan bagian dari aktivis Global Sumud Global. Dia dan 470 lebih aktivis lainnya dari sekitar 50 negara, menggunakan 40 lebih kapal, ditangkap pada pekan lalu.
Editor: Anton Suhartono