Donald Trump Ancam Negara yang Berbisnis dengan Iran
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi terbaru kepada Iran, Selasa (7/8/2018), menyusul keluarnya negara itu dari kesepakatan nuklir 2015. Sanksi berlaku sejak Selasa dini hari waktu AS.
Ini merupakan sanksi tahap pertama yang diberlakukan AS dan akan berlanjut ke tahap kedua pada November mendatang. Sanksi yang berlaku Selasa pukul 00.01 waktu setempat atau 11.31 WIB, menargetkan bank dan industri utama AS, termasuk mobil dan karpet.
Sementara itu sanksi kedua mulai berlaku pada 5 November, yakni memblokir penjualan minyak Iran. Sanksi ini akan lebih memukul Iran, meskipun beberapa negara, seperti China, India, dan Turki menolak mengurangi pembelian.
Namun Trump tak ingin kalah. Dia mengancam akan menghentikan kerja sama dengan negara yang berhubungan dagang dengan Iran.
Dia mengatakan sanksi baru ini sanksi paling menggigit yang pernah dikenakan sebelumnya.
"Pada bulan November mereka naik ke tingkat lain. Siapa pun yang berbisnis dengan Iran tidak akan berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya menawarkan perdamaian dunia, tidak kurang!" begitu isi cuitan Trump.
Sebelumnya, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, negara lain yang turut dalam kesepakatan 2015, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman, sangat menyesalkan langkah AS.
"Kami bertekad melindungi para pelaku ekonomi Eropa yang terlibat dalam bisnis yang sah dengan Iran," kata Mogherini.
Namun, banyak perusahaan besar Eropa meninggalkan Iran karena takut akan sanksi AS.
Trump menyatakan terbuka mencapai kesepakatan yang lebih komprehensif dengan Iran. Namun Presiden Iran Hassan Rouhani menolak tawaran negosiasi. Menurut Rouhani tak masuk akal AS mengajak bernegosiasi tapi di sisi lain tetap memberlakukan sanksi.
"Mereka ingin memulai perang psikologis melawan bangsa Iran. Negosiasi dengan sanksi tidak masuk akal," ujarnya.
Editor: Anton Suhartono