Donald Trump Gugat Hillary Clinton terkait Tuduhan Campur Tangan Rusia dalam Pilpres AS
WASHINGTON, iNews.id - Donald Trump menggugat Hillary Clinton, pesaingnya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2016, atas tuduhan mencoba mencurangi pemilu dengan alasan campur tangan Rusia. Trump juga menggugat beberapa politisi Partai Demokrat serta orang lain.
"Bertindak secara bersama-sama, para tergugat dengan jahat berkonspirasi untuk membuat narasi palsu bahwa lawan mereka dari Partai Republik, Donald J Trump, berkolusi dengan kedaulatan asing yang bermusuhan," bunyi materi gugatan setebal 108 halaman yang diajukan ke pengadilan federal di Florida, Kamis kemarin, seperti dilaporkan Reuters.
Gugatan itu menuduh Hillary dan politisi Demokrat lainnya melakukan persekongkolan dan konspirasi untuk melakukan kebohongan yang merugikan. Materi gugatan juga mencakup tuntutan ganti rugi serta kompensasi.
Trump terpaksa mengeluarkan biaya besar yang jumlah pastinya akan disampaikan di persidangan terkait tuduhan campur tangan Rusia. Namun diketahui dia mengeluarkan setidaknya 24 juta dolar AS atau Rp345 miliar untuk pembelaan, tim kuasa hukum, dan pengeluaran terkait lainnya.
Jeff Grell, seorang pengacara spesialis kasus konspirasi dan penipuan, mengatakan Trump mungkin telah menunggu lama untuk mengajukan gugatan ini. Gugatan persekengkolan diatur oleh undang-undang dan dibatasi 4 tahun sejak kejadian, namun masih ada perdebatan mengenai kapan periode 4 tahun itu dimulai.
Grell menjelaskan, terlapor juga bisa mengajukan berbagai pembelaan, seperti gugatan Trump mengabaikan kekebalan yang diberikan kepada pejabat pemerintah atau sebagai upaya untuk meredam kebebasan berpendapat.
Sementara itu di antara beberapa nama yang masuk dalam gugatan Trump adalah Christopher Steele, mantan perwira intelijen Inggris.
Sebuah dokumen yang ditulis Steele dan diberikan kepada FBI serta media massa sebelum pilpres AS pada November 2016, memuat pernyataan yang tidak terbukti kebenarannya. Disebutkan Rusia memiliki informasi tentang Trump dan beberapa penasihat kampanye Partai Republik. Selain itu Steele menulis Rusia melakukan upaya di balik layar agar Hillary kalah.
Sebuah laporan setebal 966 halaman yang dikeluarkan komite Senat yang dipimpin Partai Republik pada 2020 menyimpulkan, Rusia memanfaatkan politikus Republik Paul Manafort dan situs WikiLeaks untuk membantu Trump memenangkan pilpres 2016. Manafort sempat masuk dalam tim kampanye Trump selama 5 bulan pada 2016.
Editor: Anton Suhartono