Donald Trump Hubungi Presiden Mesir terkait Serangan di Masjid Sinai
WASHINGTON, iNews.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengubungi mitranya Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi terkait serangan di Masjid Al Rawdah di Bir Al Abed, Kota Al Arish, utara Sinai, Mesir.
Serangan yang menewaskan lebih dari 230 orang ini merupakan peristiwa paling berdarah sejak konflik antara pasukan keamanan Mesir dengan militan di Sinai dalam tiga tahun terakhir. Bahkan, ini merupakan penyerangan yang memakan korban paling banyak dalam sejarah Mesir modern ini.
"Akan menghubungi Presiden Mesir untuk mendiskusikan serangan teroris yang tragis, yang menewaskan banyak orang," tulis Trump dalam akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.
Menurut Juru Bicara Gedung Putih Lindsay Walters, Trump akan menghubungi Presiden Sisi pada Jumat sore waktu setempat.
Sementara itu di televisi nasional, Presiden Sisi menyebut bahwa serangan itu merupakan upaya teroris untuk membendung usaha pemerintah dalam memerangi mereka. "Apa yang terjadi (penyerangan) adalah usaha untuk menghentikan usaha kami dalam memerangi terorisme, untuk menghancurkan usaha kami, untuk menghentikan rencana kriminal mengerikan yang bertujuan menghancurkan apa yang tersisa dari wilayah kita," kata Presiden Sisi.
Sejauh ini belum ada pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan saat jamaah sedang melaksanakan Salat Jumat itu.
Menurut saksi mata, ada sekitar 40 orang bersenjata yang terbagi dalam empat kelompok, menembaki jamaah dari luar masjid. Mereka menembak jamaah yang melarikan diri keluar begitu bom diledakkan.
"Ada empat kelompok orang bersenjata menyerang jamaah yang ada di dalam masjid setelah Salat Jumat. Ada dua grup yang juga menembaki ambulans untuk menghalangi mereka," kata Mohamad, seorang saksi.
Otoritas setempat menyatakan jumlah korban tewas mencapai 235 orang dan 109 mengalami luka.
Beberapa jam setelah serangan ini, militer Mesir melancarkan serangan udara mengincar beberapa target di pegunungan di sekitar Bir Al Abed. Serangan itu berhasil menghancurkan kendaraan dan tempat persembunyian militan.
Editor: Anton Suhartono