Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Melunak Ingin Bantu Zohran Mamdani Bangun New York, tapi...
Advertisement . Scroll to see content

Dongkolnya Iran atas Rencana AS Uji Coba Nuklir, Singgung Serangan 22 Juni

Sabtu, 01 November 2025 - 10:28:00 WIB
Dongkolnya Iran atas Rencana AS Uji Coba Nuklir, Singgung Serangan 22 Juni
Iran menumpahkan kemarahan atas keputusan Donald Trump melakukan uji coba senjata nuklir (Foto: Anadolu)
Advertisement . Scroll to see content

TEHERAN, iNews.id - Iran menumpahkan kemarahan atas keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan Departemen Pertahanan (Pentagon) melakukan uji coba senjata nuklir. Pemerintah Iran menilai langkah Washington itu sebagai bentuk kemunduran moral dan ancaman serius terhadap perdamaian dunia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi menjadi pejabat pertama yang bereaksi keras. Dalam pernyataannya di platform X, Jumat (31/10/2025), dia menyebut AS telah kehilangan legitimasi moral untuk berbicara soal nonproliferasi nuklir setelah terus bertindak semaunya di kancah internasional.

“Setelah mengubah nama ‘Departemen Pertahanan’ menjadi ‘Departemen Perang’, seorang pengganggu bersenjata nuklir kini melanjutkan uji coba senjata atom,” kata Araghchi.

Kemurkaan Iran semakin menjadi karena rencana uji coba itu datang hanya 4 bulan setelah AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu. Serangan udara itu menghantam infrastruktur nuklir yang diklaim Teheran bersifat damai dan berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

“Pengganggu yang sama menjelek-jelekkan program nuklir damai Iran dan bahkan menyerang fasilitas kami yang dijaga ketat. Sekarang mereka sendiri akan menguji bom atom. Ini pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional,” tulis Araghchi.

Menurut pejabat Iran itu, langkah Trump tidak hanya menunjukkan standar ganda AS, tapi juga memperlihatkan arogansi kekuasaan yang mengancam keamanan global. Iran menilai Washington bersembunyi di balik alasan pertahanan nasional untuk membenarkan tindakan militer dan program nuklirnya sendiri.

Keputusan Trump ini diduga merupakan respons terhadap uji coba dua senjata bertenaga nuklir Rusia, yaitu rudal jelajah Burevestnik dan drone torpedo Poseidon. Walau kedua senjata tersebut menggunakan reaktor nuklir sebagai sistem propulsi dan tidak membawa hulu ledak, AS menilai uji coba itu sebagai pelanggaran terhadap semangat moratorium nuklir internasional.

Namun, bagi Iran, tudingan AS terhadap Rusia hanyalah dalih politik untuk membenarkan ambisi nuklir Washington. 

“Negara yang pernah menggunakan bom atom terhadap warga sipil, kini justru ingin mengulang kesalahan sejarahnya,” tulis salah satu editorial di surat kabar pemerintah Iran, Kayhan.

Ketegangan antara Teheran dan Washington memang memuncak sejak serangan 22 Juni. Iran menganggap aksi tersebut sebagai tindakan agresi sepihak, sementara AS menuduh Iran terus memperkaya uranium di luar batas kesepakatan nuklir 2015.

Para pengamat menilai pernyataan Araghchi kali ini bukan sekadar reaksi emosional, melainkan peringatan politik keras kepada Washington dan sekutunya.

“Bagi Iran, uji coba nuklir AS bukan sekadar ancaman global, tapi penghinaan langsung. Mereka diserang tanpa dasar hukum, lalu pelaku serangan justru pamer kekuatan nuklir,” kata analis Timur Tengah Hassan Al Faridi, kepada Al Jazeera.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut