Ekuador: Assange Gunakan Kedutaan Ekuador untuk Kegiatan Mata-Mata
QUITO, iNews.id - Julian Assange menggunakan kedutaan Ekuador di London sebagai "pusat mata-mata". Hal itu diungkapkan Presiden Ekuador Lenin Moreno.
Moreno juga mengatakan tidak ada negara lain yang memengaruhi keputusan untuk mencabut suaka pendiri WikiLeaks tersebut. Dia menyebut keputusan mencabut suaka didasarkan pada pelanggaran yang dilakukan Assange.
Berbicara kepada Guardian, Moreno mengklaim pemerintah lama Ekuador menyediakan fasilitas di dalam kedutaan "untuk mengganggu" negara bagian lain. Namun pengacara Assange menuduh Ekuador melemparkan tuduhan yang keterlaluan.
Presiden Moreno -yang berkuasa pada 2017- mengatakan keputusan untuk mengakhiri tujuh tahun masa tinggal Assange di Kedutaan Ekuador di London karena perbuatan yang dianggap tercela.
"Setiap upaya untuk mengacaukan (negara lain) adalah tindakan tercela untuk Ekuador, karena kita adalah negara berdaulat dan menghormati politik masing-masing negara," kata Moreno, seperti dikutip BBC, Senin (15/4/2019).
"Kami tidak bisa membiarkan rumah kami, rumah yang sudah membuka pintunya, menjadi pusat mata-mata."
Sementara itu, Pengacara Assange, Jennifer Robinson, membantah klaim tersebut ketika muncul di Sky's Sophy Ridge On Sunday.
"Saya pikir hal pertama yang saya katakan adalah Ekuador membuat beberapa tuduhan yang sangat keterlaluan selama beberapa hari terakhir untuk membenarkan tindakan luar biasa yang melanggar hukum; yang memungkinkan polisi Inggris masuk ke dalam kedutaan," kata Robinson.
Menurut Robinsin, kekhawatiran Assange soal ancaman ekstradisi ke Amerika Serikat (AS) terbukti benar pada pekan ini, setelah munculnya tuduhan bahwa dia berkonspirasi untuk meretas komputer Pentagon.
Assange (47) menghadapi hukuman 12 bulan penjara setelah dinyatakan bersalah melanggar persyaratan jaminan ketika memasuki kedutaan Ekuador pada 2012.
Dia juga menghadapi ancaman ekstradisi ke Swedia, tempat asalnya, dengan beberapa tuduhan pelanggaran termasuk pemerkosaan.
Assange saat ini berupaya melawan upaya ekstradisinya ke AS atas tuduhan bahwa konspirasi dengan mantan analis intelijen militer Chelsea Manning. Dia dan Manning dituduh membobol komputer rahasia pemerintah AS.
Editor: Nathania Riris Michico