Fakta di Balik Jumpa Pers 12 Remaja Thailand yang Terjebak di Gua
CHIANG RAI, iNews.id - Jumpa pers yang digelar oleh 12 remaja pemain sepak bola Thailand dan asisten pelatih mereka di Mae Sai, Chiang Rai, Rabu (18/7), dikendalikan secara cermat oleh aparat Thailand.
Untuk pertama kalinya berbicara di depan umum, para remaja dan aiasten pelatih mengungkap momen keajaiban ketika para penyelam menemukan mereka.
Jumpa pers pertama dan terakhir itu diselenggarakan di Rumah Sakit Chiang Rai, tempat para remaja dirawat. Adapun penyelenggaranya adalah Departmen Humas Pemerintah Thailand pimpinan Letnan Jenderal Sansern Kaewkamnerd, sosok yang juga merangkap sebagai juru bicara pemerintah.
Namun, keingintahuan para wartawan amat dibatasi dalam jumpa pers itu. Aparat Thailand tampak berupaya agar pertanyaan-pertanyaan awak media tidak mengancam privasi sekaligus mental para remaja.
Inilah sejumlah fakta di balik langkah yang diambil aparat Thailand untuk menjaga kesehatan mental dan psikis para remaja tersebut:
1. Pertanyaan disaring
Media internasional tidak diperbolehkan bertanya kepada para remaja itu secara langsung. Aparat meminta daftar pertanyaan yang akan diajukan sebelum acara dimulai.
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian disaring oleh seorang ahli psikologi anak guna memastikan tidak ada yang membahayakan kondisi psikologi para remaja.
Aparat Thailand khawatir 12 remaja itu berpotensi mengalami stress jangka panjang setelah terjebak di gua selama lebih dari dua pekan.
Pertanyaan yang dipilih pun diubah sedikit, seperti:
- Bagaimana kamu melalui masa-masa sulit ketika terperangkap di dalam gua?
- Apa pelajaran yang bisa kamu tarik dari kejadian ini?
- Apa hal pertama yang akan kamu lakukan ketika pertama kali kembali ke rumah?
2. Kendali pemerintah
Pembatasan tak hanya sampai di situ. Semua pertanyaan yang telah disortir kemudian diajukan kepada para remaja oleh seorang wartawan dari media pemerintah. Tidak ada sesi tanya-jawab secara terbuka.
Setelah jumpa pers rampung, para remaja dianjurkan tidak meladeni wawancara dengan media lain, yang menurut para pakar dapat memicu pascatrauma.
3. Akses dibatasi
Sejak diselamatkan dari dalam perut Gua Tham Luang, 12 remaja dan asisten pelatih mereka menjalani perawatan fisik dan psikologi di rumah sakit.
Sebagai contoh, ke-12 remaja dan pelatih mereka baru mendapat kabar bahwa seorang penyelam Angkatan Laut Thailand meninggal dunia dalam operasi penyelamatan pada Sabtu (14/7), ketika mereka dinilai cukup kuat mencerna kabar itu oleh para dokter.
"Semua menangis dan mengutarakan duka mereka dengan menulis pesan pada lukisan Letnan Saman Ghunan dan mengheningkan cipta untuknya selama satu menit," sebut seorang juru bicara kementerian kesehatan.
4. Ditahbiskan sebagai biksu dan dijaga ketat
Usai jumpa pers, para remaja dan asisten pelatih mereka akan kembali ke keluarga masing-masing selama satu pekan.
Setelah itu, mereka akan menjadi biksu agama Buddha dan menjalani masa sunyi dalam waktu relatif singkat. Ini merupakan tahap lanjutan dari rehabilitasi mereka sehingga aparat dapat lebih mudah membatasi akses ke mereka.
Pemerintah Thailand mengancam akan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Anak terhadap media yang dianggap mengganggu para remaja itu atau keluarga mereka.
Akses menuju para remaja dibatasi ketat. Bahkan, orang tua mereka harus diperiksa menyeluruh dan informasi kepada mereka diseleksi.
Editor: Nathania Riris Michico