Fakta Gempa Bumi Dahsyat Turki, Status Waspada Tingkat 4 hingga Hampir 6.000 Bangunan Hancur
ANTAKYA, iNews.id - Dua gempa bumi dahsyat magnitudo 7,8 dan 7,7 yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023) telah menewaskan hampir 5.000 orang. Jumlahnya pun diperkirakan terus bertambah seiring upaya petugas yang terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Akibat gempa ribuan bangunan roboh dan rusak. Banyak blok apartemen, tempat tinggal hingga rumah sakit hancur berkeping-keping. Ribuan orang terluka atau kehilangan tempat tinggal.
Berikut lima fakta gempa dahsyat Turki dan Suriah:
Gempa bumi pertama bermagnitudo 7,8 terjadi pada Senin pagi pukul 04.17 waktu setempat. Gempa ini dirasakan tak hanya di Turki, namun juga di Suriah.
Sementara getaran gempa juga dirasakan di Siprus yang berada di Laut Mediterania dan Lebanon yang berbatasan dengan Suriah, dan juga Mesir. Namun jumlah korban terbanyak berada di Turki bagian tenggara dan Suriah bagian utara.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, gempa pada Senin pagi hari tersebut merupakan yang terbesar sejak 1939. Pada tahun itu, gempa berkekuatan 7,8 Skala Richter terjadi di Provinsi Erzincan. Jumlah korban tewas saat itu mencapai 30.000 orang.
Pada tahun 1999, gempa juga mengguncang Turki dengan magnitudo 7,4. Gempa tersebut menewaskan 17.000 orang lebih.
Dilaporkan Aljazeera, mengutip pernyataan beberapa analis, Turki kerap dilanda gempa karena berada di jalur paling aktif di dunia, yakni di atas dua patahan Lempeng Anatolia.
Satu patahan adalah Anatolia Utara yang membentang antara Lempeng Anatolia dan Lempeng Eurasia di sebelah utara daratan Turki. Satu patahan lainnya adalah Anatolia Timur yang membentang di sepanjang Lempeng Arab hingga bagian tenggara Turki.
Nah, Patahan Anatolia Timur inilah yang diyakini menjadi pemicu gempa dahsyat M7,8 pada Senin pagi. Pasalnya gempa bertitik pusat di Turki bagian tenggara, dekat dengan perbatasan Suriah. Inilah sebabnya dampak gempa juga dirasakan di Suriah.
Di Kota Antakya, Turki, suhu mendekati titik beku tatkala hujan turun. Akibat gempa itu, warga tak dapat menikmati listrik atau bahan bakar di kota itu.
Hal ini tentu semakin membuat korban gempa semakin menderita. Selain bertarung dengan rasa sakit akibat luka, kehilangan anggota keluarga yang dicintai, mereka juga harus mampu bertahan melawan dingin setelah rumah mereka hancur.
Presiden Rusia, Vladimir Putin ini menawarkan bantuan dari negaranya untuk para korban gempa dahsyat di Turki. Selain itu, dia juga menyampaikan tawaran yang sama bagi para korban gempa yang sama di Suriah.
Selain Rusia, Ukraina siap memberikan bantuan yang diperlukan oleh rakyat Turki yang terdampak bencana gempa. Hal itu disampaikan Presiden Volodymyr Zelensky.
Selanjutnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut Suriah telah meminta bantuan terkait gempa bumi M7,8. Meski demikian tak satu pun dari pejabat yang menjelaskan siapa pihak yang meminta bantuan.
Netanyahu mengatakan telah lebih dulu memerintahkan pengiriman bantuan ke Turki, pusat gempa yang mengguncang pada Senin pagi. Bantuan disalurkan melalui udara yang berangkat Senin sore.
Pemerintah Turki telah mendeklarasikan “kewaspadaan tingkat 4” yang berarti mengizinkan bantuan internasional untuk masuk ke negara itu. Akan tetapi, status tersebut bukan keadaan darurat yang akan menyebabkan mobilisasi massal militer.
Pejabat AFAD, Orhan Tatar mengatakan, setidaknya ada 5.775 bangunan yang hancur akibat gempa dahsyat kemarin—yang diikuti oleh 285 gempa susulan. Selain itu, ada 20.426 orang yang terluka.
Badan bencana Turki itu mengungkapkan, 13.740 personel dari tim SAR (pencarian dan penyelamatan) dikerahkan dan lebih dari 41.000 tenda telah dibangun. Pemerintah juga menyediakan 100.000 tempat tidur dan 300.000 selimut telah dikirim di wilayah tersebut.
Editor: Umaya Khusniah