Fakta Kehidupan Algojo Eksekutor Hukuman Pancung, Hilangkan Iba demi Perintah
JAKARTA, iNews.id - Kehidupan algojo eksekutor hukuman pancung menarik untuk diketahui. Mereka menjalankan tugas yang tidak sembarangan, menjalankan perintah pengadilan untuk menghukum mati narapidana dengan cara menyeramkan.
Salah satu negara yang menerapkan hukuman mati dengan cara pancung adalah Arab Saudi. Hukuman mati diterapkan di Arab Saudi sebagai bentuk qishash. Tentu saja pengadilan tak menerapkan qishash begitu saja, melainkan melalui proses panjang.
Hukuman qishash dijatuhkan kepada pelaku kejahatan sesuai perbuatan yang dilakukan atau nyawa dibayar nyawa.
Untuk menjalankan hukuman pancung, otoritas pengadilan Arab Saudi menunjuk seorang algojo untuk menjalankan eksekusi. Salah satu algojo yang terkenal di Saudi adalah Abdallah bin Said.
Sosok Abdallah bin Said sangat ditakuti para narapidana yang dikatuhi hukuman mati. Pria kelahiran 1959 itu memulai tugas pertamanya pada 1991. Dia diangkat menggantikan ayahnya yang juga algojo, meninggal dunia.
Saat pertama kali menjalan tugas algojo, Abdallah sudah dihadapkan untuk mengeksekusi beberapa napi dalam sehari. Tak pelak namanya langsung dikenal sebagai salah satu algojo terkenal. Apalagi hukuman pancung di Saudi diumumkan atau bisa diketahui publik.
Masa kecil Abdallah sudah familiar dengan kehidupan algojo. Dia sering melihat sang ayah melakukan eksekusi hukuman pancung. Abdallah juga pernah diajak ayahnya melihat temannya melakukan hukuman pancung.
Selama menjadi algojo puluhan tahun, Abdallah telah memancung ratusan kepala. Namun tugas Abdallah bukan hanya mengeksekusi mati, dia juga memotong tangan serta kaki untuk terpidana kasus pencurian.
Meski mengerikan, Abdallah tetap profesional menjalankan tugas karena ini bukan hanya perintah pengadilan tapi juga agama.
Dalam menjalankan tugas, sempat timbul rasa kasihan kepada orang yang akan dipancung. Namun perasaan itu justru akan mempersulit tugasnya dalam melaksanakan eksekusi. Oleh Karena itu, dia coba menghilangkan rasa iba, bahkan kepada orang yang dia kenal sekalipun.
Abdallah mengaku pernah mengeksekusi orang-orang terdekat, namun tidak terpengaruh dengan faktor kedekatan dengan orang tersebut. Dia tetap menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Bila dulu mewarisi pekerjaan sebagai algojo dari ayahnya, giliran Abdallah melakukan terhadap anaknya. Pekerjaan Abdallah sebagai algojo telah diturunkan kepada anak pertamanya, Badr. Kini, Badr ditempatkan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Hal serupa juga disampaikan Muhammad Saad Al Beshi, algojo senior lainnya. Dia mengatakan tugas memancung orang sesuai dengan perintah Allah, sehingga tak masalah mengeksekusi 2, 4 atau 10 orang.
Sebenarnya menghukum mati seseorang juga dilakukan negara lain, hanya bentuknya berbeda, seperti tembakan, gantung, atau injeksi.
Al Beshi memulai profesi sebagai algojo pada 1998 di Jeddah. Awalnya, pekerjaan itu membuatnya gugup, apalagi banyak mata yang menyaksikan proses hukum pancung. Namun, seiring waktu, Al Beshi mampu mengatasinya.
Editor: Anton Suhartono