KAIRO, iNews.id – Terusan Suez di Mesir saat ini mengalami macet parah setelah kandasnya kapal kargo raksasa, Ever Given, di kawasan itu. Kapal kontainer itu menyumbat kanal tersebut sejak Selasa (23/3/2021).
Akibatnya, rantai pasokan pun dunia terganggu. Bahkan insiden itu diperkirakan telah menimbulkan kerugian global sekitar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp5,7 triliun per jam.
Benarkah Penembakan di Pantai Bondi karena Kelonggoran Hukum Kepemilikan Senjata Api di Australia?
Mengapa Terusan Suez begitu penting? Bagaimana sejarah jalur pelayaran tersebut?
Berikut fakta unik tentang Terusan Suez yang dirangkum iNews.id dari berbagai sumber.
Kapal Kontainer Raksasa Masih Menyumbat Terusan Suez, Dunia Rugi Rp5,7 Triliun Per Jam!
1. Jalur perdagangan strategis
Terusan Suez berada di Mesir, yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Samudra Hindia melalui Laut Merah. Jalur yang melewati Kota Suez ini sangat penting dalam perdagangan dunia karena merupakan jalur pengiriman langsung antara benua Eropa dan Asia, yang membuat kapal pengirim tak perlu mengelilingi Afrika.
Kapal Kontainer Kandas di Terusan Suez, Harga Minyak Rebound
2. Mengadopsi “Terusan Para Firaun”
Terusan Suez yang ada saat ini disebut-sebut mengadopsi pembangunan saluran air buatan manusia pada zaman Mesir Kuno. Laman History melansir, firaun Mesir yang bernama Senusret III diyakini membangun kanal untuk pertama kalinya yang menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil pada 1850 SM.
Kapal Kargo Raksasa Kandas dan Sumbat Terusan Suez, Pasokan Energi Global Terancam
Menurut sumber kuno, Firaun Nekho II dan penakluk dari Persia, Darius, diyakini juga mengerjakan proyek serupa. Kanal itu dikatakan selesai pada abad ke-3 SM selama Dinasti Ptolemeus. Banyak pula tokoh sejarah, termasuk Cleopatra, diyakini pernah mengunjunginya.
Jauh sebelum Terusan Suez modern, “Terusan Para Firaun” kuno ini telah lebih dulu digunakan untuk mengakses Laut Mediterania.
3. Dibangun ketika Mesir di bawah kendali Kesultanan Utsmaniyah
Perencanaan Terusan Suez secara resmi dimulai pada 1854, oleh seorang mantan diplomat Prancis bernama Ferdinand de Lesseps. Dia menegosiasikan kesepakatan dengan Pemerintah Mesir untuk membentuk Perusahaan Terusan Suez.
Terusan ini dibangun ketika Mesir masih berada di bawah kendali Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) pada pertengahan abad ke-19. Konstruksi pembangunan Terusan Suez dimulai di Port Said hingga akhirnya bisa diresmikan di Mesir pada Desember 1869.
4. Ditentang Inggris
Pembangunan Terusan Suez yang awalnya diusulkan Lesseps mendapat dukungan dari Kaisar Prancis, Napoleon III. Hal itu membuat banyak negarawan Inggris menganggap pembangunannya hanyalah skema politik untuk merusak dominasi pelayaran global Inggris.
Kerajaan Inggris terus mengkritik proyek Terusan Suez selama pembangunannya. Akan tetapi, Inggris kemudian malah membeli 44 persen saham proyek itu setelah Pemerintah Mesir yang kekurangan dana terpaksa melelang sahamnya.
5. Pembangunan melibatkan 1,5 juta pekerja
The New York Times melansir, butuh 10 tahun dan 1,5 juta pekerja untuk membangun Terusan Suez. Dari jumlah itu, menurut Otoritas Terusan Suez, sebanyak 20.000 petani miskin lokal direkrut setiap 10 bulan dengan ancaman kekerasan serta upah kecil.
Puluhan ribu petani menggunakan beliung dan sekop untuk menggali bagian awal Terusan Suez. Banyak pekerja meninggal dunia karena kolera dan penyakit lainnya kala itu.

Proses pengerjaannya sangat lambat, dan proyek itu menemui hambatan setelah penguasa Mesir Ismail Pasha tiba-tiba melarang penggunaan kerja paksa pada 1863. Kisruh politik di Mesir dengan Inggris dan Prancis juga memperlambat proyek.
Biaya akhir mencapai dua kali lipat dari proyeksi awal sebesar 50 juta dolar AS atau Rp720 miliar saat itu. Lesseps akhirnya mengubah strategi, dan menggunakan kapal keruk bertenaga uap dan batu bara untuk menggali kanal.
6. Terusan Suez dalam krisis perang
Pada 1956, Terusan Suez menjadi pusat perang singkat antara Mesir dan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Israel. Konflik itu berawal dari pendudukan militer Inggris di zona kanal, yang terus berlanjut bahkan setelah Mesir memperoleh kemerdekaan pada 1922. Ketegangan akhirnya memuncak pada Juli 1956, ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser menasionalisasi Terusan Suez.
7. Sebanyak 15 kapal kandas selama 8 tahun
Pemerintah Mesir sempat memblokir pintu masuk Terusan Suez, setelah Perang Enam Hari 1967 dengan Israel. Terdapat 15 kapal yang terdampar di dalam kanal selama 8 tahun. Selama kandas, awak kapal membentuk komunitas terapung, menyelenggarakan acara olahraga hingga sosial bahkan menciptakan sistem perdagangan sendiri.
Laman Maritime Professional melansir, ke-15 kapal yang terdampar akhirnya diizinkan meninggalkan kanal pada 1975. Saat itu, hanya dua kapal yang masih layak untuk melakukan pelayaran dengan kekuatan yang tertahan selama 8 tahun.

8. Jadi lokasi awal rencana pembangunan Patung Liberty
Saat Terusan Suez hampir selesai dibangun pada 1869, pematung Prancis Frederic Auguste Bartholdi berusaha meyakinkan Lesseps dan Pemerintah Mesir agar diizinkan membangun patung bertajuk “Mesir Membawa Cahaya ke Asia” di pintu masuk Terusan Suez di Mediterania.
Terinspirasi oleh patung Colossus of Rhodes, Bartholdi membayangkan patung perempuan setinggi 27 meter mengenakan jubah petani Mesir dan memegang obor api besar. Proyek itu tidak pernah terwujud, sehingga Bartholdi akhirnya membuat patung itu di Pelabuhan New York, dan pada 1886 diresmikan sebagai Patung Liberty.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku