Festival Hindu di India Ricuh, 38 Orang Tewas Terinjak-injak
NEW DELHI, iNews.id - Kericuhan mewarnai prosesi keagamaan Hindu Kumbh Mela di India, Rabu (29/1/2024). Insiden itu menewaskan sedikitnya 38 orang dan melukai 70 lainnya.
Kumbh Mela merupakan ritual keagamaan terbesar di dunia, yakni mandi di sungai. Ritual setiap 12 tahun sekali ini digelar di Kota Prayagraj, diikuti puluhan, bahkan ratusan juta, umat Hindu dari penjuru India.
Insiden tersebut terjadi pada Rabu dini hari, kerumunan orang meloncati barikade polisi membuat banyak orang berjatuhan dan terinjak-injak. Sebagian dari mereka tergencet hingga pingsan.
Kumbh Mela berlangsung selama 6 pekan, tonggak sejarah terbesar dalam kalender Hindu. Di antara banyak hari dalam sepekan, mereka memilih Rabu karena diyakini sebagai hari tersuci dalam festival tersebut, bertepatan dengan penyelarasan planet-planet Tata Surya.
Meskipun terjadi insiden yang merenggut banyak korban jiwa, umat Hindu tetap melanjutkan ritual pada Kamis (30/1/2025).
Para tokoh memimpin jutaan orang untuk melakukan ritual penyucian dosa dengan mandi di pertemuan Sungai Gangga dan Yamuna.
"Perjalanannya penuh tantangan, kereta api penuh sesak, stasiun kereta penuh sesak," kata seorang peziarah, Padmabati Dam, yang melakukan perjalanan menggunakan kereta api sejauh 1.000 km lebih ke loksai acara, seperti dikutip dari AFP.
Peziarah lainnya Naveen Pradhan mengatakan tidak terpengaruh dengan kejadian itu karena ritual ini adalah kewajiban agama.
"Kami sudah mendengar tentang desak-desakan itu. Namun ini adalah hal suci, hal religius, sesuatu yang harus kami lakukan sebagai umat Hindu dan keluarga saya tidak akan melewatkan ini apa pun yang terjadi," kata pria 21 tahun itu..
Kumbh Mela merupakan pertempuran mitologis Hindu antara dewa dan setan untuk menguasai kendi berisi saripati keabadian.
Festival ini diperkirakan diikuti 400 juta peziarah sampai hari terakhir pada 26 Februari.
Pada festival tahun ini, polisi memasang ratusan CCTV di berbagai lokasi festival dan jalan menuju perkemahan yang luas serta mengoperasikan banyak drone untuk memantau kerumunan massa.
Editor: Anton Suhartono