Foto Lama Ungkap Sosok Ismail Haniyeh, Berteman dengan Yahudi Ultra-Ortodoks dan Jimmy Carter
JAKARTA, iNews.id - Kematian pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menyisakan duka mendalam bagi Dunia Islam, khususnya Palestina. Bagaimana tidak, sosok pejuang itu telah memberikan kontribusi besar bagi perjuangan bangsanya untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan zionis Israel.
Semasa hidupnya, Haniyeh tidak hanya mempertaruhkan nyawanya. Dia bahkan telah kehilangan banyak anggota keluarga dan orang-orang yang amat dia sayangi, termasuk tiga putranya yang sudah lebih dulu menjadi syuhada.
Media-media Barat pada umumnya, terutama yang pro-zionis, menggambarkan gerakan Hamas dan para pejuang Palestina yang ada di dalamnya sebagai teroris, ekstremis, antisemit (baca: anti-Yahudi), dan berbagai julukan buruk lainnya. Label tersebut juga tak luput disematkan kepada sosok Haniyeh. Namun, apakah tepat tudingan tersebut dilekatkan kepada kepala biro politik (politbiro) Hamas itu?
Dokumen dari masa lampau justru mengungkapkan fakta berbeda. Haniyeh bukanlah tokoh pejuang yang anti-Yahudi maupun ekstremis seperti yang dituduhkan Barat.
Foto-foto yang diarsipkan oleh European Pressphoto Agency (EPA), kantor berita yang berpusat di Frankfurt, Jerman, menunjukkan sosok Haniyeh sebagai tokoh politik yang humanis dan moderat.
Pada 16 Juli 2009, dia menyambut kunjungan sekelompok Yahudi ultra-Ortodoks dari Amerika Serikat. Para Yahudi itu termasuk di antara delegasi aktivis yang tiba di Jalur Gaza pada hari sebelumnya. Pertemuan mereka kala itu berlangsung di kantor Haniyeh di Kota Gaza.
Menurut EPA, delegasi yang terdiri dari sekitar 200 aktivis tersebut tiba di Gaza untuk mengirimkan bantuan medis dan kemanusiaan bagi rakyat Gaza. Mereka juga mendesak agar dicabutnya blokade Israel-Mesir yang telah berlangsung selama dua tahun di wilayah kantong Palestina tersebut.
Sebulan sebelum itu, Haniyeh selaku kepala pemerintahan Hamas di Gaza, juga menyambut mantan presiden AS, Jimmy Carter. Mereka bahkan berpose dengan anak-anak Palestina di Kota Gaza pada 16 Juni 2009. Pada waktu itu, Carter pun menyerukan pencabutan blokade Israel terhadap Jalur Gaza. Presiden ke-39 AS itu bahkan mengecam Israel dengan mengatakan bahwa warga Palestina diperlakukan "seperti binatang" oleh zionis.
Kini, Haniyeh telah tiada. Pada Rabu lalu, Hamas mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka itu tewas dalam serangan Israel di Teheran, Iran, setelah dia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian. Hamas mengatakan, Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Setelah kepergiannya, siapa sosok yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya bersama Hamas?
Editor: Ahmad Islamy Jamil