Gawat! Amerika Dilaporkan Segera Serang Venezuela
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) dilaporkan segera melancarkan serangan ke Venezuela dalam beberapa hari mendatang.
Empat orang sumber pejabat AS mengatakan kepada Reuters, dikutip Minggu (23/11/2025), serangan ini merupakan fase baru dari operasi militer menargetkan kapal-kapal yang dicurigai membawa narkoba di Laut Karibia maupun Pasifik.
Tidak diketahui apakah Presiden Donald Trump telah membuat keputusan akhir atau belum untuk menyerang Venezuela.
Laporan mengenai rencana serangan AS ke Venezuela sebenarnya telah santer beredar dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah kedatangan gugus tempur Kapal Induk USS Gerlald R Ford di Karibia.
Dua pejabat AS mengatakan, operasi rahasia kemungkinan akan menjadi bagian pertama dari tindakan baru terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Salah satu opsi yang dipertimbangkan termasuk menggulingkan Maduro.
Saat dikonfirmasi Reuters, Departemen Pertahanan (Pentagon) meminta media massa untuk menanyakan langsung ke Gedung Putih.
Sementara itu seorang pejabat senior Gedung Putih tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun terkait Venezuela.
"Presiden Trump siap menggunakan setiap elemen kekuatan Amerika untuk menghentikan narkoba membanjiri negara kita serta menyeret mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan," kata pejabat yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan itu, dikutip Minggu (23/11/2025).
Pemerintahan Trump mempertimbangkan berbagai opsi terkait Venezuela setelah menuduh Maduro berperan dalam memasok narkoba ke AS.
Maduro membantah punya hubungan apa pun dengan para kartel narkoba.
Pria yang berkuasa sejak 2013 itu menuduh Trump berusaha menggulingkannya seraya berjanji akan melawan sekuat tenaga. Dia menegaskan rakyat Venezuela serta militer akan menentang upaya tersebut.
Badan Penerbangan Federal AS (FAA) pada Jumat memperingatkan maskapai-maskapai mengenai potensi situasi berbahaya jika terbang di atas Venezuela. Tiga maskapai internasional membatalkan penerbangan dari Venezuela pada Sabtu setelah peringatan FAA tersebut.
Editor: Anton Suhartono