Gawat, Rusia Semakin Brutal Serang Ukraina ke Segala Arah
MOSKOW, iNews.id - Rusia memerintahkan pasukannya untuk menyerang Ukraina ke segala arah sebagai tanggapan karena Ukraina menolak negosiasi. Batalnya negosiasi disebabkan belum ada kesepahaman dari kedua pihak soal lokasi pembicaraan.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, militernya akan mengintensifkan serangan setelah dimulai pada Kamis lalu. Menurut dia, enam kapal perang Ukraina ditenggelamkan di dekat Pulau (Ular), Laut Hitam.
Menurut dia, daerah Schastia, Muratovo, Starohnativka, Oktyabrskaya, dan Pavlopol sudah berada di bawah kendali pasukan Rusia.
Lebih lanjut Konashenkov mendesak para pejuang Ukraina untuk menarik peralatan tempur dari tempat-tempat sipil.
"Kami menyerukan kepada rakyat Ukraina, permintaan dari otoritas kriminal di Kiev untuk segera menarik semua senjata berat dari rumah dan permukiman kota. Saya ingin menegaskan sekali lagi, angkatan bersenjata Rusia tidak menyerang permukiman di kota-kota Ukraina," ujarnya, dikutip dari Anadolu.
Dia juga menyinggung kehadiran drone pengintai AS di Pulau Ular sebagai bentuk keterlibatan Negeri Paman Sam atas konflik di Ukraina.
“Pesawat tak berawak strategis RQ-4 Global Hawk dan MQ-9A Ripper AS terbang di daerah provokasi saat kapal Ukraina menyerang kapal Rusia di dekat Pulau Ular,” ujarnya, seraya menuduh drone-drone AS itu mengarahkan kapal Ukraina.
Sebelumnya, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Ukraina menolak untuk bernegosiasi sehingga pasukan Rusia melanjutkan operasi sesuai dengan rencana semula.
Menurut Peskov, Rusia mengusulkan pembicaraan di Minsk, ibu kota Belarusia, sementara Ukraina menawarkan di Warsawa, Polandia. Setelah itu Ukraina mempertimbangkan kembali usul untuk mengadakan pembicaraan di Minsk, namun tak ada perkembangan.
Saat jeda itu, lanjut Peskov, Ukraina memanfaatkan elemen nasionalis mengerahkan sistem peluncur roket ke perumahan di kota-kota besar Ukraina.
Dia menilai pengerahan persenjataan berat ke permukiman sebagai situasi yang sangat berbahaya.
Editor: Anton Suhartono