Gempa 6,7 SR Gembali Guncang Papua Nugini, 18 Orang Tewas

JAKARTA, iNews.id – Belum selesai penanganan gempa bumi 7,5 Skala Richter (SR) yang terjadi pekan lalu dengan korban tewas hingga kini lebih dari 70 orang, Papua Nugini kembali diguncang gempa 6,7 SR pada Rabu (7/3/2018) dini hari. Gempa terbaru ini menewaskan 18 orang.
Papua Nugini masih diguncang puluhan kali gempa susulan dengan magnitudo cukup besar sejak pekan lalu, namun yang terjadi pagi tadi merupakan yang terbesar.
“Saya baru saja menerima laporan bahwa 18 orang tewas,” kata William Bando, pejabat pemerintah Provinsi Hela, dikutip dari Reuters.
Gempa terjadi di 600 kilometer sebelah barat laut ibu kota Port Moresby. Ada beberapa lokasi di sana yang dihuni oleh banyak penduduk.
“Tampaknya Hides juga terkenda dampaknya, tapi kami belum mendengar adanya laporan korban. Itu perkampungan yang besar dan banyak penduduknya,” kata dia.
Sementara itu, pemerintah dan lembaga bantuan bencana terus berupaya membantu para korban gempa sejak pekan lalu. Tantangan terbesarnya adalah lokasi terdampak gempa terisolasi akibat jalan ambles dan ditutupi tanah longsor, sehingga bantuan sulit dikirim.
Penanggung jawab Persekutuan Gereja James Komengi mengatakan, di Provinsi Hela saja, ada 67 korban tewas. Belum di daerah lain yang dampak kerusakannya tak kalah masif.
“Ibu dan anak-anak mengalami trauma. Bahkan anak saya tidak mau tidur di rumah. Setiap ada guncangan kecil saja mereka ketakutan,” kata Komengi.
Sementara itu Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional mengkhawatirkan kondisi akan semakin buruk, apalagi hujan kerap turun di kawasan pegunungan itu.
“Kami berupaya menjangkau para korban tapi ada musim hujan yang biasanya menyebabkan tanah longsor di lereng bukit yang kondisinya sudah tidak stabil akibat gempa," kata Direktur Palang Merah dan Bulan Sabit Meran Internasional Papua Nugini, Udaya Regmi.
Lembaga itu memperkirakan sebanyak 143.000 orang terdampak gempa sejak pekan lalu. Dari jumlah itu, 17.000 di antaranya kehilangan tempat tinggal, dengan korban luka 500 orang.
Editor: Nathania Riris Michico