Hari Perempuan Internasional, Uni Emirat Pamer Keberhasilan Pemberdayaan Kaum Hawa
ABU DHABI, iNews.id - Uni Emirat Arab (UEA) turut memeriahkan hari perempuan internasional, Minggu (8/3/2020), sebagai pengakuan atas peran aktif kaum hawa di bidang politik, budaya, sosial, dan ekonomi.
UEA telah mengambil sikap kuat dalam memberdayakan perempuan, sebagaimana termuat dalam visi pendiri negeri Syekh Zayed bin Sultan Al Nahyan.
Presiden UEA Syekh Khalifa bin Zayed Al Nahyan melanjutkan visi tersebut dengan memelopori pemberdayaan perempuan, yakni mendorong perempuan untuk memegang beberapa posisi tertinggi di semua bidang serta menyempurnakan rencana strategis negara dalam hal pendidikan dan pemberdayaan kaum hawa.
Kalangan perempuan di Uni Emirat Arab saat ini memegang portofolio jabatan menteri, di samping keanggotaan dalam Dewan Nasional Federal, serta menjadi duta besar di banyak negara, di samping peran penting mereka dalam bidang peradilan.
Undang-undang UEA menjamin hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Negara tersebut memimpin dalam sejumlah indeks regional dan global tentang kesetaraan gender dan pencapaian perempuan, pendidikan dan melek huruf, pekerjaan, dan penghormatan terhadap perempuan dalam beberapa indikator sosial dan ekonomi.
Negara ini mendukung partisipasi perempuan UEA dalam pengambilan keputusan sebagai komponen inti dari pemberdayaan ekonomi mereka. Pada 2012, Kabinet UEA mengadopsi keputusan yang mewajibkan pengangkatan perempuan di dewan direksi semua lembaga dan lembaga pemerintah, menetapkan proporsi perwakilan perempuan 15 persen di lembaga pemerintah. Kaum perempuan sekarang menempati 15 persen dari tenaga kerja di sektor publik dan lima puluh persen dari anggota Dewan Nasional Federal.
Presiden, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, menegaskan, perempuan Emirati menempati 50 persen keanggotaan Dewan Nasional Federal untuk memperkuat rencana negara dalam pemberdayaan di seluruh sektor vital.
Kementerian Luar Negeri UEA dan Kerjasama Internasional telah mengambil langkah berbeda dan menunjuk delapan perempuan sebagai duta besar dan diplomat untuk mewakili negara itu dalam forum internasional, yakni, Hessa Abdullah Al Otaiba, Duta Besar UEA untuk Belanda; Hanan Khalfan Alili, Duta Besar UEA untuk Latvia; Fatima Khamis Al Mazrouei, Duta Besar UEA untuk Denmark; Hafsa Abdullah Al Olama, Duta Besar UEA untuk Jerman; Noura Mohamed Abdel Hamid Jumaa, Duta Besar UEA untuk Finlandia; Nawal Khalifa Al Hosani, Delegasi Permanen UAE untuk Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA); Lana Zaki Anwar Nusseibeh, Perwakilan Tetap UAE untuk PBB di New York, dan Nabila Abdulaziz Al Shamsi, Duta Besar UEA untuk Montenegro.
Saat ini, perempuan menempati hampir setengah dari karyawan di Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
Pemerintah UEA menetapkan tema "Pemberdayaan Perempuan dan Anak" sebagai salah satu dari tiga bidang aksi tematis yang menopang kebijakan bantuan internasional negara untuk priode 2017-2021. Ini juga merupakan salah satu fokus strategis Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
Di bidang ekonomi, UAE berkomitmen memberdayakan perempuan dan anak dalam kewirausahaan dan dengan telah menyumbang 50 juta dolar AS untuk Prakarsa Pembiayaan Wanita Pengusaha Perempuan Bank Dunia (We-Fi). Inisiatif ini akan membantu memobilisasi lebih dari 1 miliar dolar AS dalam pendanaan untuk wirausaha perempuan. UAE juga berkomitmen menyediakan alat-alat yang diperlukan bagi perempuan dan mendukung mereka melalui penyediaan peluang-peluang utama.
Inisiatif "1.000 Pemimpin" merupakam salah satu contoh yang mencerminkan tindakan tersebut, di mana UEA memberikan pelatihan dan peluang bagi perempuan untuk pemberdayaan dan memungkinkan mereka mengasah keterampilan untuk menjadi pemimpin di sektor-sektor pilihan.
Berikut peran perempuan di pemerintahan Uni Emirat Arab:
• Di antara 32 menteri dari pemerintah UEA yang baru, sembilan merupakan perempuan atau 27 persen dari jumlah total menteri.
• Di sektor publik, 50 persen dari Dewan Nasional Federal yang berkuasa di UAE adalah wanita, dan sepertiga dari anggota kabinet adalah kaum perempuan.
• UEA memiliki Dewan Perimbangan Gender, yang ditugaskan untuk meningkatkan peran perempuan di semua posisi dalam pemerintahan.
• Di UAE, perempuan menempati 66 persen pekerjaan sektor publik -salah satu proporsi tertinggi di seluruh dunia- termasuk 30 persen posisi kepemimpinan senior terkait dengan peran pengambilan keputusan.
• Pada Oktober 2019, 49,5 persen karyawan Kementerian Luar Negeri UEA dan Kerjasama Internasional merupakan perempuan, dan hampir sepertiga diplomat UEA adalah perempuan.
• Pada September 2014, UEA membuka perguruan tinggi militer pertama di kawasan itu untuk perempuan, Sekolah Militer Khawla binti Al Azwar. UAE memiliki empat pilot pesawat tempur perempuan dan juga telah melatih lebih dari 30 kaum hawa untuk bekerja dengan pasukan keamanan khusus negara itu.
Editor: Anton Suhartono