Hubungan Memanas, AS Berencana Tutup 2 Konsulat Terakhir di Rusia
WASHINGTON DC, iNews.id – Pemerintah AS berencana untuk menutup dua konsulatnya yang masih tersisa di Rusia. Rencana itu terungkap lewat laporan media setempat, Sabtu (19/12/2020).
Menurut CNN, AS akan menutup konsulat di Kota Vladivostok yang terletak di kawasan paling timur Rusia. Selain itu, langkah yang sama juga akan diterapkan terhadap konsulat Amerika yang berada di Yekaterinburg, mengutip surat yang dikirim Departemen Luar Negeri (Deplu) AS kepada Kongres pada 10 Desember lalu.
Penutupan dua konsulat itu sebagai respons atas masalah kepegawaian pada Misi AS di Rusia, menyusul pembatasan personel yang diberlakukan Moskow pada Misi AS sejak 2017. Di samping itu, ada juga kebuntuan AS dengan Rusia terkait masalah visa diplomatik.
Menurut laporan, sepuluh diplomat yang ditugaskan di dua konsulat AS itu akan dipindahkan ke kedutaan AS di Moskow. Sementara, 33 pegawai lokal di konsulat itu akan kehilangan pekerjaan mereka.
“Tidak ada tindakan yang terkait dengan konsulat Rusia di AS yang direncanakan,” ungkap CNN, akhir pekan ini, mengutip surat Deplu AS itu.
Penutupan dua konsulat tersebut akan menjadikan Kedutaan Besar AS di Moskow sebagai misi diplomatik terakhir dan satu-satunya yang dimiliki Amerika Serikat di Rusia. Pada Maret 2018, Moskow telah lebih dulu memerintahkan penutupan konsulat AS di St Petersburg di tengah pertengkaran diplomatik yang dipicu oleh keracunan Sergei Skripal di Inggris.
Masih belum jelas, apakah penutupan dua konsulat terakhir itu bakal dilakukan sebelum 20 Januari—ketika Presiden terpilih AS, Joe Biden, mulai resmi menjabat di Gedung Putih.
AFP berusaha menanyai Deplu AS untuk menanggapi laporan CNN tersebut. Akan tetapi, sampai berita ini diunggah belum ada tanggapan dari institusi tersebut.
Ketegangan antara AS dan Rusia makin meningkat dalam beberapa waktu belakangan. Pada Jumat (18/12/2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Rusia sebagai biang keladi di balik serangan siber yang merusak terhadap sejumlah lembaga Pemerintah AS.
Direktur Eksekutif Tim Transisi Pemerintah Joe Biden, Yohannes Abraham, menyebut insiden peretasan itu layak menjadi perhatian serius. Dia menilai serangan siber tersebut bakal menimbulkan biaya besar.
Akan tetapi, Rusia membantah terlibat dalam serangan dunia maya terhadap lembaga-lembaga AS tersebut.
Editor: Ahmad Islamy Jamil