Hubungan Trump-Putin (1): Bermula dari Kontes Kecantikan 2013
JAKARTA, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7/2018). Ini akan menjadi pertemuan resmi pertama mereka setelah mengalami ketegangan selama beberapa bulan.
Dari isu perang dagang hingga perang sipil Suriah, kedua pemimpin membentuk ikatan unik, ditambah penyelidikan terhadap dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden (pilpres) AS 2016.
Trump dan Putin pernah bertemu di sela-sela KTT G-20 dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Putin mengaku dirinya dan Trump berbicara secara teratur lewat telepon.
Berikut beberapa momen pasang surut hubungan Trump dan Putin:
1. Undangan Miss Universe 2013
Sebelum mengenakan topi 'Make America Great Again' atau memberi tekanan kepada Korea Utara terkait senjata nuklir, Trump merupakan pemilik kontes kecantikan Miss Universe.
Pada 2013, Trump menggelar Miss Universe di Moskow dan mengundang Putin untuk hadir. Hal itu mengejutkan banyak orang lantaran saat itu hubungan antara pemerintahan Obama dan Rusia menegang.
Usai acara, Trump berfoto bersama Miss Universe 2013 Gabriela Isler dan pengusaha Aras Agalarov.
Meski belum jelas apakah mereka benar-benar bertemu secara langsung atau hanya berbicara melalui telepon, acara itu sepertinya meninggalkan bekasi bagi Trump.
"Kami baru saja meninggalkan Moskow. Dia (Putin) sangat baik," kata Trump, dalam wawancara dengan Fox News pada 2014.
Trump bahkan mengaku Putin mengiriminya hadiah.
"Saya berada di Moskow beberapa bulan lalu dan mereka memperlakukan saya begitu baik. Putin bahkan mengirimkan saya hadiah," kata Trump, dalam pidato di C-Pac, pada 2014.
"Hadiah yang indah dengan catatan yang indah," ujar Trump.
2. Saling Memuji dan Mengelukan
Dari ajang Miss Universe itu persahabatan mereka terjalin. Trump sering menyebut Putin sebagai pemimpin yang lebih baik daripada presidennya sendiri, Barack Obama. Bahkan sejak mengumumkan kampanye kepresidenannya pada Juni 2015, Trump mengklaim akan bergaul dengan Putin.
"Saya pikir saya bergaul dengan baik. Saya pikir dia akan baik-baik saja," katanya kepada Anderson Cooper dari CNN, dalam wawancara pada Juli 2015.
"Dia membenci Obama. Dia tidak menghormati Obama. Obama juga tidak menyukainya," kata Trump.
Trump terus memuji Putin kemana pun dia pergi.
"Putin adalah orang yang lebih baik dari saya," kata Trump, dalam sebuah konferensi pers di New York pada 28 September 2015.
Sehari kemudian di CBS, Trump mengatakan kepada Bill O'Reilly dia akan memberikan Putin nilai 'A' untuk kepemimpinannya. Namun pujian itu tidak hanya mengalir satu arah, Putin pun memuji kesediaan Trump untuk meningkatkan hubungan AS-Rusia.
"Dia merupakan orang yang sangat flamboyan, sangat berbakat, tidak diragukan lagi," kata Putin, pada Desember 2015.
"Dia adalah pemimpin mutlak dari pemilihan presiden, seperti yang kita lihat hari ini. Dia mengatakan ingin naik ke tingkat hubungan lain, tingkat hubungan lebih dalam dengan Rusia, bagaimana kita tidak bisa menerimanya? Tentu saja, kami menyambutnya," ujar Putin.
Pujian Putin itu dibalas oleh Trump.
"Saya merasa terhormat karena dipuji sangat baik oleh seorang pria yang sangat dihormati di negaranya sendiri maupun di luar," ucap Trump.
Saat Trump memenangkan pilpres 2016, Putin mengucapkan selamat melalui telegram.
"Kami siap melakukan bagian kami dan melakukan segalanya untuk mengembalikan hubungan Rusia dan Amerika ke jalur pembangunan yang stabil," kata Putin.
3. Keakraban dan Rasa Percaya
Kemudian, ketika bertemu untuk pertama kali sebagai pemimpin AS dan Rusia di sela-sela KTT G20 di Hamburg, keduanya saling melempar pujian sehingga mengundang pemberitaan media.
"Suatu kehormatan bisa bersama Anda," kata Trump.
"Percakapan telepon benar-benar tidak pernah cukup," balas Putin.
Rex Tillerson, yang saat itu menjabat Menteri Luar Negeri AS, mengatakan, Trump dam Putin memiliki hubungan positif dan sangat menikmati percakapan sehingga tidak ingin menyudahinya.
Beberapa bulan kemudian ketika menghadiri KTT APEC di Hanoi pada November, mereka kembali menunjukkan kemesraan.
Begitu banyak tekanan atas penyelidikan terkait campur tangan Rusia dalam kampanye pilpres AS 2016, Trump percaya Putin bersungguh-sungguh saat mengatakan Rusia tidak terlibat dalam pilpres AS.
"Dia bilang dia tidak ikut campur. Saya bertanya lagi kepadanya. Anda hanya bisa bertanya berkali-kali. Setiap kali dia melihat saya, dia berkata, 'Saya tidak melakukan itu.' Saya percaya, saya benar-benar percaya ketika dia memberi tahu bahwa dia bersungguh-sungguh," kata Trump.
Editor: Nathania Riris Michico