Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mahathir Sebut Perjanjian Dagang Malaysia-AS Rugikan Pribumi, Ini Respons Pemerintah
Advertisement . Scroll to see content

Indonesia-Malaysia Itu Love-Hate Relationship, tapi Tidak Mengganggu Friendship

Jumat, 10 Mei 2019 - 10:15:00 WIB
Indonesia-Malaysia Itu Love-Hate Relationship, tapi Tidak Mengganggu Friendship
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berdialog dengan pembawa acara iNews TV Anisha Dasuki dalam program wawancara eksklusif di kantornya, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/5/2019). Wawancara eksklusif dilakukan iNews TV bersama KORAN SINDO dan S
Advertisement . Scroll to see content

KUALA LUMPUR, iNews.id, - Panas-dingin kerap mewarnai hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Bukan saja terkait dengan isu-isu geopolitik semacam batas kedua negara dan pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI), namun juga merembet hingga kebudayaan dan olahraga.

Di ranah kebudayaan, Indonesia pernah ”bersitegang” soal batik dan reog ponorogo. Begitu pun rivalitas di lapangan hijau. Derbi serumpun Indonesia dan Malaysia kerap memicu percikan-percikan ketegangan di antara para pendukung.

Di mata PM Mahathir Mohamad, hubungan Indonesia dan Malaysia ibarat benci-rindu. Kendati kerap muncul riak-riak kecil, namun kedua negara tetap bersahabat dan saling membutuhkan. Beberapa isu yang muncul dipastikan tidak akan mengganggu persahabatan kedua negara ini.

Mahathir pun meyakini kerja sama antara Indonesia-Malaysia akan terus berjalan baik. Bila ada protes terkait isu tertentu, itu hanya dilakukan oleh sekelompok kecil orang. Berikut penjelasan tokoh bangsa Malaysia ini:

Hubungan Indonesia–Malaysia mengalami pasang surut, apa saja bisa menjadi masalah, mulai dari TKI, kebudayaan, sampai ke persaingan sepak bola. Bagaimana menurut Tun?

Ini apa yang dikatakan love-hate relationship. Kita menyadari, tapi hal-hal seperti itu tidak mengganggu friendship kedua negara. Di Indonesia terdapat 240 juta warga negara, dan bila ada demonstrasi biasanya itu dibuat oleh golongan yang kecil saja. Kami tidak pernah mempersoalkan hal itu.

Kasus terbaru TKI Adelina yang dianiaya majikannya hingga tewas. Awalnya, sang majikan akan dijatuhi hukuman mati, namun kemudian dibebaskan. Keputusan ini menimbulkan friksi di Indonesia dan ramai di media sosial. Bagaimana Tun menyikapi?

Hal ini tidak terjadi di Malaysia, tapi juga bisa di mana saja. Warga Indonesia datang untuk bekerja, yang kejadian-kejadian tertentu di mana kemudian warga Indonesia membunuh dan dibunuh. Tetapi Malaysia ini, kita tentukan jika ada perbuatan yang melanggar undang-undang Malaysia yang dikenakan hukum ekstrem, maka kita akan adakan pembicaraan secara teratur (dilakukan negosiasi bila ada TKI yang terancam hukuman mati). Saat ini tidak banyak kasus yang dilakukan orang Indonesia.

Ada majikan-majikan di Malaysia yang kurang baik. Mereka tidak pernah mempunyai asisten rumah tangga, jadi mereka tidak tahu bagaimana menangani masalah yang timbul yang berhubungan dengan warga negara asing, yang melakukan sesuatu yang tidak disenangi oleh mereka. Dengan itu, kita lihat ada case-case di mana ada majikan-majikan yang tidak memperlakukan pekerja-pekerja mereka dengan baik. Ini akan terjadi meski ada undang-undang.

Tun, saat ini Indonesia dan Malaysia sangat dekat. Satu rumpun, dan memiliki kemiripan kebudayaan. Namun dalam beberapa kesempatan terjadi klaim kebudayaan, seperti batik dan lain sebagainya.

Itu untuk kami adalah perkara kecil yang akan membuat kita (Indonesia–Malaysia) bermusuhan. Kita (Malaysia) juga memiliki budaya batik dan sebagainya sudah lama. Tetapi, kalau kita perhatikan batik kita (batik Malaysia) tidak sama dengan batik Indonesia. Dengan melihatnya, kita bisa mengenali ini adalah batik Indonesia.

Batik Malaysia dari segi pembuatan (dengan batik Indonesia) mungkin sama, tapi hasil lukisannya berlainan. Kita berhak untuk mengenakan batik. Bahkan batik sudah berkembang ke Sri Lanka, juga Afrika. Jadi jika batik dianggap sebagai hak istimewa Indonesia, maka Indonesia juga harus bertindak (mempersoalkan) kepada negara–negara lain, tidak ke Malaysia saja. Tapi, perkara-perkara ini tidak akan merusak hubungan Indonesia- Malaysia.

Satu hal lagi yang sering menimbulkan friksi dalam urusan sepak bola. Jika Indonesia bertemu Malaysia di lapangan hijau, itu ramainya luar biasa. Sebagai negara satu region di Asia Tenggara, apakah diperlukan transfer knowledge karena kami melihat pesepak bola Malaysia dilatih secara lebih fokus?

Budaya kita agak berlainan sedikit. Indonesia memiliki semangat yang begitu kuat, dan (pendukung Timnas Indonesia) kerap menunjukkan dukungan dalam hal apa pun. Rakyat Malaysia pun begitu, mereka senang melihat pasukan (Timnas Malaysia) menang, tetapi semangat pendukungnya tidak begitu terlihat.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut