Ingin Ikutan, AS Kirim Delegasi ke Perundingan Konflik Thailand-Kamboja di Malaysia
WASHINGTON, iNews.id - Perundingan tingkat tinggi membahas gencatan senjata dalam Thailand-Kamboja digelar Senin (28/7/2025) di Malaysia. Kedua negara terlibat konflik bersenjata sejak Kamis pekan lalu, menewaskan puluhan orang di kedua pihak serta memaksa lebih dari 140.000 warga mengungsi.
Sebelumnya Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menawarkan negaranya, dalam kapasitas sebagai ketua ASEAN 2025, untuk memediasi konflik. Tawaran itu disambut baik Thailand dan Kamboja yang terlibat konflik bersenjata memasuki hari kelima.
Namun Amerika Serikat (AS) juga akan terlibat dalam perundingan tersebut.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio mengatakan pihaknya akan mengirim delegasi untuk ikut memediasi perundingan.
"Kamboja dan Thailand dijadwalkan segera memulai perundingan tingkat tinggi di Malaysia dengan harapan dapat mencapai gencatan senjata segera," kata Rubio, di media sosial X.
Dia menambahkan para pejabat Departemen Luar Negeri (Deplu) AS telah berada di Malaysia untuk ikut memfasilitasi perundingan.
Sebelumnya Rubio mengatakan dia dan Presiden Donald Trump terus berkomunikasi dengan para pejabat Kamboja dan Thailand.
"Baik @POTUS maupun saya tetap berkomunikasi dengan rekan-rekan kami di setiap negara dan memantau situasi dengan sangat cermat. Kami ingin konflik ini berakhir sesegera mungkin," kata Rubio.
Trump pada Sabtu lalu mengatakan Thailand dan Kamboja sepakat untuk segera bertemu guna membahas gencatan senjata. Trump telah menghubungi pemimpin kedua negara membahas penyelesaian konflik.
"Saya baru saja melakukan panggilan telepon yang sangat baik dengan Perdana Menteri Kamboja, memberi tahu beliau tentang diskusi saya dengan Thailand dan Penjabat Perdana Menterinya," kata Trump.
Kedua pihak, lanjut dia, menginginkan gencatan senjata dan segera untuk mengakhiri konflik.
Perdana Menteri Thailand dan Kamboja, lanjut Trump, juga mengatakan ingin kembali ke meja perundingan tarif dengan AS. Namun Trump menegaskan perundingan tarif tidak akan dilakukan dalam situasi konflik.
Trump menegaskan, negosiasi tarif dengan AS tidak pantas dilakukan sampai pertempuran pertempuran berakhir.
"Ketika semuanya selesai, dan perdamaian sudah di depan mata, saya berharap bisa menyelesaikan perjanjian dagang dengan keduanya," kata Trump.
Editor: Anton Suhartono