Ini 5 Kekhawatiran Rusia terhadap Resolusi PBB soal Pasukan Perdamaian Gaza
NEW YORK, iNews.id - Rusia menjadi salah satu dari dua negara yang memilih abstain dalam voting resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengesahkan pengiriman Pasukan Stabilisasi Internasional ke Jalur Gaza. Satu negara lain yang abstain adalah China.
Meski tidak menentang secara langsung, Moskow menyampaikan sejumlah kekhawatiran serius terkait isi dan implikasi resolusi yang diajukan Amerika Serikat tersebut.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, memaparkan alasan lengkap di balik keputusan abstain itu, menyoroti potensi masalah baik di lapangan maupun dalam proses politik Palestina.
1. Partisipasi Warga Palestina Terancam Terpinggirkan
Kekhawatiran terbesar Rusia adalah tidak jelasnya ruang bagi warga Palestina sendiri dalam mekanisme keamanan baru yang akan diterapkan di Gaza. Nebenzia menilai resolusi itu menyisihkan peran Palestina dalam menjaga keamanan wilayah mereka.
Menurut Moskow, keterlibatan lokal adalah kunci keberhasilan pasukan perdamaian mana pun. Namun, bahasa dalam resolusi dianggap tidak memberi jaminan bahwa Palestina akan menjadi bagian dari proses keamanan tersebut.
2. Tuduhan AS Tidak Beriktikad Baik
Nebenzia juga menuduh Amerika Serikat (AS) memiliki agenda politik terselubung. Dia menilai Washington tidak menunjukkan iktikad baik dalam meloloskan resolusi, dan khawatir dokumen tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menjalankan agenda sepihak di wilayah Palestina.
“Dokumen ini tidak boleh menjadi dalih bagi eksperimen tak terkendali yang dilakukan AS di Israel dan wilayah Palestina,” ujarnya.
3. Hubungan Pasukan Internasional dengan Otoritas Palestina Tidak Jelas
Rusia mempertanyakan bagaimana Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) akan berkoordinasi dengan Pemerintah Otoritas Palestina (PA). Nebenzia menyoroti bahwa resolusi yang diadopsi tidak memberikan detail atau mekanisme yang jelas mengenai struktur koordinasi ini.
Tanpa aturan yang tegas, kata Nebenzia, pasukan internasional tampak diberi keleluasaan bertindak secara otonom, tanpa memperhatikan posisi, pendapat, atau legitimasi politik Ramallah.
4. Potensi Memperlebar Pemisahan Gaza-Tepi Barat
Rusia juga menyoroti risiko jangka panjang, resolusi dapat memperkuat pemisahan antara Gaza dan Tepi Barat, situasi yang selama bertahun-tahun menjadi hambatan besar bagi penyatuan politik Palestina.
Nebenzia bahkan menyebut situasi yang muncul dari resolusi ini mengingatkan pada era Mandat Inggris di Palestina, ketika aspirasi rakyat Palestina diabaikan dalam pengambilan keputusan internasional.
5. Mandat Pasukan Berdasarkan “Rencana Trump” Dinilai Kabur dan Berbahaya
Nebenzia menyinggung bahwa mandat pasukan perdamaian mengacu pada rencana perdamaian Donald Trump, yang dikenal kontroversial. Dia mempertanyakan cakupan kewenangan pasukan internasional itu, termasuk apakah mereka memiliki mandat penegakan yang bisa membuatnya melampaui batas-batas tertentu.
Rusia khawatir, tanpa kejelasan batas tugas, pasukan tersebut dapat bertindak di luar prinsip perdamaian yang diakui PBB dan berpotensi memperburuk situasi di lapangan.
Editor: Anton Suhartono