Ini Alasan Iran Ngotot Lanjutkan Program Nuklir meski Dibombardir AS
TEHERAN, iNews.id - Iran menegaskan tidak akan menghentikan program nuklir, meski fasilitas pengayaan uraniumnya hancur dibombardir militer Amerika Serikat (AS) pada 22 Juni lalu.
Pemerintah Iran menegaskan pengayaan uranium memang sementara terhenti, namun komitmen terhadap pengembangan energi nuklir tetap tidak berubah.
Apa alasan Iran begitu ngotot?
1. Simbol Kebanggaan Nasional
Menurut Menteri Luar Negeri Iran (Menlu) Abbas Araghchi, teknologi nuklir bukan sekadar persoalan energi atau kepentingan sipil lainnya, melainkan menjadi simbol prestasi dan martabat bangsa.
“Para ilmuwan kami sendiri yang mengembangkan teknologi ini. Sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional,” kata Araghchi, kepada Fox News, dikutip Selasa (22/7/2025).
Iran memandang program nuklirnya sebagai bukti kemandirian dan kapasitas ilmiah dalam menghadapi tekanan internasional, terutama dari negara-negara Barat.
2. Kerusakan Parah Tak Hentikan Tekad
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi mengungkap beberapa fasilitas pengayaan uranium mengalami kerusakan serius dan parah akibat serangan AS. Akibatnya, aktivitas pengayaan untuk sementara dihentikan. Namun, dia menegaskan bahwa Iran tidak akan mundur dari program nuklirnya.
“Pengayaan uranium sekarang dihentikan karena kerusakan serius, tapi jelas kami tidak bisa menghentikan pengayaan,” kata Araghchi, kepada Fox News.
3. Cadangan Uranium Tinggi meski Belum Capai Tingkat Senjata
Meski pengayaan sementara terhenti, Iran diketahui memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Berdasarkan laporan intelijen AS dan Israel, Iran menyimpan sekitar 400 kilogram uranium yang telah diperkaya hingga 60%.
Sebagai perbandingan, uranium untuk kepentingan senjata harus mencapai tingkat pengayaan sekitar 90%. Namun cadangan saat ini dinilai cukup mengkhawatirkan, terutama jika Iran memutuskan meningkatkan level pengayaan lebih lanjut.
4. Ancaman Keluar dari Perjanjian NPT
Iran juga memperingatkan akan mengambil langkah lebih ekstrem jika tekanan dan sanksi terus dijatuhkan.
Juru bicara Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran, Ebrahim Rezaei, menyatakan bahwa Teheran bisa saja keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) dan mulai memperkaya uranium di atas 60 persen.
Langkah ini akan menjadi sinyal keras bahwa Iran siap meninggalkan semua batasan hukum internasional terkait program nuklirnya.
5. Iran Buka Ruang Dialog, tapi Tanpa AS
Menariknya, di tengah ketegangan, Iran tetap membuka ruang perundingan. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan bahwa negaranya tidak menutup pintu diplomasi, namun dengan syarat baru.
Iran akan kembali ke meja perundingan, tapi tanpa melibatkan Amerika Serikat secara langsung. Dalam waktu dekat, Iran akan bertemu dengan tiga negara Eropa (E3), Inggris, Prancis, dan Jerman, dalam pembicaraan tingkat wakil menteri luar negeri di Istanbul, Turki.
Langkah ini diambil setelah E3 mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Iran enggan berunding kembali.
Meski dibombardir dan fasilitas nuklirnya rusak parah, Iran tetap melanjutkan program nuklir dengan alasan nasionalisme, kemandirian teknologi, dan strategi politik. Konflik ini menunjukkan bahwa bagi Teheran, program nuklir bukan semata soal energi, melainkan identitas dan kedaulatan negara.
Editor: Anton Suhartono