Ini Pernyataan Mantan Presiden Rusia yang Bikin Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Nuklir
JAKARTA, iNews.id - Hubungan Amerika Serikat dan Rusia kembali memanas setelah pernyataan tajam mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev membuat Presiden AS Donald Trump berang hingga memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke wilayah tak disebutkan.
Langkah itu disebut sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan eskalasi akibat ucapan Medvedev.
Medvedev yang kini menjabat Wakil Kepala Dewan Keamanan Nasional Rusia menanggapi ultimatum Trump soal tenggat 10 hingga 12 hari untuk Rusia menyepakati gencatan senjata dengan Ukraina. Dalam tanggapannya, Medvedev tak hanya menolak ancaman itu, tapi juga menyebut Trump tengah "menyiapkan perang dengan negaranya sendiri".
“Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia. Dia harus ingat dua hal: 1. Rusia bukanlah Israel atau bahkan Iran. 2. Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tapi dengan negaranya sendiri,” tulis Medvedev, di platform X.
Pernyataan inilah yang disebut memicu reaksi keras dari Trump.
Dalam unggahan di media sosial Truth Social, Trump menilai komentar Medvedev sangat provokatif dan berbahaya, mengingat posisinya yang masih berada di lingkaran inti kekuasaan Rusia.
“Berdasarkan pernyataan yang sangat provokatif dari Dmitry Medvedev, saya telah memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir di wilayah yang sesuai, untuk berjaga-jaga jika pernyataan bodoh ini lebih dari sekadar retorika,” tulis Trump.
Dia menekankan kata-kata dari tokoh penting seperti Medvedev bisa menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seraya menyebut bahwa Medvedev telah memasuki wilayah sangat berbahaya.
Pengerahan kapal selam nuklir ini menandai peningkatan signifikan dalam sikap Trump terhadap Rusia, terutama setelah frustrasinya terhadap Presiden Vladimir Putin yang dinilai tak menunjukkan progres dalam upaya damai dengan Ukraina.
Sebelumnya, Trump memangkas batas waktu negosiasi damai dari 50 hari menjadi hanya 10 hingga 12 hari. Jika tenggat itu tak dipenuhi, dia mengancam akan menjatuhkan sanksi dan tarif sekunder terhadap Rusia serta negara-negara yang masih mengimpor minyak dari Moskow.
Trump bahkan mengindikasikan bahwa dirinya tidak tertarik lagi dalam perundingan lebih lanjut dengan Putin.
Sementara itu, Ukraina menyambut baik langkah tegas Trump. Kepala Staf Presiden Volodymyr Zelensky, Andriy Yermak, memuji pernyataan Trump sebagai pesan perdamaian yang disampaikan dengan kekuatan.
Editor: Anton Suhartono