Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Tak Kirim Delegasi AS ke KTT G20, Trump Tuduh Afsel Langgar HAM soal Pembunuhan Warga Kulit Putih
Advertisement . Scroll to see content

Intelijen: Pilpres AS Arena Perang Kepentingan China dan Rusia

Sabtu, 08 Agustus 2020 - 06:24:00 WIB
Intelijen: Pilpres AS Arena Perang Kepentingan China dan Rusia
Donald Trump berpidato dalam kampanye Presiden Amerika Serikat di Tulsa, Oklahoma, Minggu (21/6/2020) (foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Intelijen Amerika Serikat menyebut China terus berupaya mengintervensi pemilihan presiden AS pada November mendatang. Beijing menginginkan Donald Trump kalah dalam pemilihan sebab kebijakannya sering berseberangan dengan kepentingan China.

"Kami menilai bahwa China menginginkan Presiden Trump yang Beijing lihat sebagai orang sulit diprediksi tidak menang dalam pemilihan presiden keduanya," kata William Evanina, Direktur National Counterintelligence anda Security Center seperti dikutip dari AFP, Sabtu (8/8/2020).

"China telah memperluas upaya intervensinya menjelang pilpres pada November 2020 untuk membentuk lingkup politik di AS, menekan politikus yang pandangannya berseberangan dengan kepentingan Beijing," lanjutnya.

Ketegangan Amerika Serikat dan China meningkat sejak pandemi Covid-19 dimulai pada Januari lalu. Trump menuding virus tersebut merupakan senjata biologis yang sengaja diciptakan oleh China guna mengacaukan perekonomian global.

Pada Juli lalu, Amerika Serikat memaksa China menutup kantor konsulatnya di kota Houston karena dinilai membahayakan informasi rahasia dalam negeri AS. Campur tangan AS di Hong Kong serta pengerahan armada militer di Laut China Selatan diyakini sebagai kebijakan-kebijakan yang mendorong China ingin menyingkirkan Trump dari kursi orang nomor satu di Gedung Putih.

"Beijing menyadari semua upaya diatas mungkin akan mempengaruhi pemilihan presiden," ucapnya.

Bukan hanya China, lanjut Evanina, yang berusaha mengganggu pilpres AS. Iran diklaim melakukan disinformasi menggunakan media sosial untuk memecah belah publik dan menghancurkan basis suara Trump. Sementara Rusia ikut campur merusak kampanye calon presiden AS dari Partai Demokrat, Joe Biden.

"Rusia menggunakan serangkaian tindakan untuk merendahkan mantan wakil presiden (Joe Biden) dan apa yang dilihatnya sebagai pembentuk anti-Rusia," lanjut Evanina.

"Ini konsisten dengan kritik publik Moskow terhadapnya ketika dia menjadi wakil presiden karena perannya dalam kebijakan pemerintahan (Barrack) Obama di Ukraina dan dukungannya untuk oposisi anti-Putin di Rusia," katanya.

Evanina, yang mengepalai intelijen memantau ancaman terhadap pemilihan AS, masih belum mau memberikan rincian tentang jenis serangan yang mungkin dilakukan pihak luar pada pesta demokrasi AS.

Peretesan dan kampanye hitam di media sosial oleh tentara siber Rusia pada 2016 diklaim turut berpengaruh pada kemenangan Trump atas lawan politiknya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

"Upaya asing untuk mempengaruhi atau mengganggu pemilu kami adalah ancaman langsung bagi struktur demkorasi kami," pungkasnya.

Editor: Arif Budiwinarto

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut