Intelijen Sebut Rusia Bakal Ikut Campur Lagi di Pilpres AS 2020
WASHINGTON, iNews.id - Tim Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) mengungkap, Rusia berupaya kembali ikut campur dalam pilpres mendatang.
Direktur Intelijen Dan Coats dan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menekankan, segala upaya akan dilakukan untuk melindungi pemilihan Kongres yang sedianya digelar pada November serta pilpres 2020.
"Kami mengakui adanya ancaman, itu nyata, terus berlanjut, dan kami melakukan segala hal yang kami bisa agar hasil pemilihan sah," kata Coats, seperti dilaporkan Reuters, Jumat (3/8/2018).
"Tindakan (Rusia) ini meresap, sedang berlangsung, dengan maksud mengganjal dan merusak nilai-nilai demokrasi kita," kata dia lagi.
Trump sebelumnya skeptis bahwa Rusia berperan dalam pilpres AS 2016. Dia juga menyangkal laporan intelijen yang menyebut Rusia campur tangan dan mengancam demokrasi AS.
"Saya memiliki kepercayaan besar pada orang-orang intelijen saya, tetapi saya akan memberitahu Anda bahwa Presiden Putin sangat kuat dan kuat dalam penyangkalannya hari ini," kata Trump, usai pertemuan dengan Putin di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli.
Namun Coats, Bolton, Direktur FBI Christopher Wray, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen, serta Direktur Badan Keamanan Nasional Paul Nakasone, mengatakan, Rusia harus disalahkan, bersama dengan aktor asing lainnya.
"Rusia menggunakan berbagai cara untuk memengaruhi, melalui media, media sosial, melalui aktor yang mereka sewa, melalui proksi. Kami juga tahu Rusia mencoba meretas dan mencuri informasi dari kandidat dan pejabat pemerintah," kata Coats.
Dia menambahkan Rusia bukan satu-satunya negara yang bekerja untuk melemahkan pilpres AS.
Secara terpisah, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan Pentagon turut membantu upaya melindungi pilpres AS.
"Kementerian pertahanan mengambil langkah aktif untuk melindungi keamanan pilpres termasuk memantau musuh kita," tutur Mattis.
Editor: Nathania Riris Michico