Iran Ogah Tunduk kepada AS: Timur Tengah Bakal Lebih Tangguh
TEHERAN, iNews.id – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali memuncak setelah serangan terhadap fasilitas nuklir Iran yang terjadi di tengah proses perundingan.
Pernyataan tegas datang dari Ali Larijani, Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menegaskan bahwa tidak ada lagi ruang untuk kepercayaan terhadap Washington setelah insiden serangan pada 22 Juni lalu.
Dia mengingatkan, Timur Tengah kali ini sudah berbeda dan tak akan tunduk begitu saja dengan keinginan AS.
Menuru Larijani, AS selama ini menggunakan pendekatan koersif yang hanya memberi dua opsi bagi lawan-lawannya: tunduk atau berperang. Namun, Larijani menegaskan pendekatan semacam itu tak lagi efektif di Timur Tengah saat ini.
“Timur Tengah yang baru akan menjadi Timur Tengah yang tangguh,” ucapnya, menegaskan transformasi kawasan menuju kemandirian strategis dan perlawanan terhadap dominasi asing, seperti dikutip kantor berita ISNA, Sabtu (12/7/2025).
Dia juga menegaskan tidak percaya lagi pada AS setelah serangan terhada[ fasilitas nuklir pada 22 Juni lalu.
Serangan itu dilakukan justru ketika perundingan nuklir antara kedua negara telah berjalan dan telah berlangsung lima putaran.
“Kami tidak lagi percaya kepada Amerika,” ujar Larijani.
Pernyataan Larijani mencerminkan perubahan fundamental dalam sikap Iran sekaligus cerminan dari dinamika baru di kawasan. Negara-negara Timur Tengah, menurut pengamat, mulai bergerak menjauh dari ketergantungan pada kekuatan luar dan justru menguatkan kerja sama regional sebagai perisai terhadap intervensi.
Dalam konteks ini, klaim sepihak Presiden AS Donald Trump bahwa Iran ingin melanjutkan perundingan nuklir justru dipandang sebagai upaya membentuk narasi sepihak. Iran sendiri dengan tegas membantah klaim tersebut.
“Kami belum mengajukan permintaan apa pun kepada pihak AS terkait pertemuan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei.
Sebelumnya, Trump dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Iran ingin kembali ke meja perundingan. Namun klaim itu langsung dibantah oleh Teheran, yang melihat pernyataan tersebut sebagai manipulasi politik menjelang agenda strategis AS di kawasan.
Editor: Anton Suhartono