Israel Blokir Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Kenapa?
YERUSALEM, iNews.id - Israel memblokir akses truk bantuan kemanusiaan ke Gaza pada, Minggu (2/3/2025) waktu setempat. Hal ini setelah kebuntuan gencatan senjata meningkat, dengan Hamas meminta mediator Mesir dan Qatar untuk campur tangan.
Melansir Reuters, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan sebelumnya mereka telah mengadopsi proposal utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, untuk gencatan senjata sementara di Gaza selama periode Ramadhan dan Paskah, beberapa jam setelah fase pertama gencatan senjata yang disepakati sebelumnya berakhir.
Jika disetujui, gencatan senjata akan menghentikan pertempuran hingga akhir periode puasa Ramadan sekitar 31 Maret dan hari raya Paskah Yahudi sekitar 20 April.
Gencatan senjata akan mensyarakatkan Hamas membebaskan setengah dari sandera yang hidup dan mati pada hari pertama, dengan sisanya dibebaskan pada akhir, jika kesepakatan dicapai pada gencatan senjata permanen.
Sementara itu, Hamas menyampaikan pihaknya berkomitmen pada gencatan senjata yang disepakati semula yang telah dijadwalkan untuk beralih ke fase kedua, dengan negosiasi yang ditujukan untuk mengakhiri perang secara permanen. Hamas telah menolak gagasan perpanjangan sementara untuk gencatan senjata 42 hari.
Mencerminkan kerapuhan kesepakatan gencatan senjata, pejabat kesehatan setempat mengatakan tembakan Israel telah menewaskan empat warga Palestina dalam serangan terpisah di Jalur Gaza utara dan selatan.
Sementara itu, sumber-sumber di Mesir mengatakan pada hari Jumat bahwa delegasi Israel di Kairo telah berupaya untuk memperpanjang fase pertama selama 42 hari, sementara Hamas ingin beralih ke fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata. Juru bicara Hazem Qassem mengatakan pada hari Sabtu bahwa kelompok itu menolak formulasi Israel untuk memperpanjang fase pertama.
Pada tahap pertama gencatan senjata, Hamas menyerahkan 33 sandera Israel serta lima warga Thailand yang dipulangkan melalui pembebasan tak terjadwal, sebagai imbalan atas sekitar 2.000 tahanan Palestina dari penjara Israel dan penarikan pasukan Israel dari beberapa posisi mereka di Gaza.
Berdasarkan perjanjian awal, tahap kedua dimaksudkan untuk memulai negosiasi pembebasan 59 sandera yang tersisa, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan akhir perang.
Namun, perundingan tidak pernah dimulai dan Israel mengatakan semua sanderanya harus dipulangkan agar pertempuran dapat dihentikan.
"Israel tidak akan mengizinkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami. Jika Hamas tetap menolak, akan ada konsekuensi tambahan," kata perwakilan kantor PM Israel.
Hamas mengecam tindakan Israel sebagai pemerasan dan kudeta terang-terangan terhadap perjanjian.
Editor: Aditya Pratama