Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Dampak Perang Gaza: Kampus Eropa Balik Badan, Tolak Kolaborasi dengan Israel
Advertisement . Scroll to see content

Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza

Rabu, 14 November 2018 - 08:44:00 WIB
Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza
Serangan Israel ke target Hamas. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

GAZA CITY, iNews.id - Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya menyepakati perjanjian gencatan senjata selama dua hari di Gaza yang disponsori oleh Mesir. Pertempuran sengit meletus di Gaza setelah pasukan khusus Israel gagal melakukan penyerangan dari dalam Gaza.

Dilaporkan The Guardian, Rabu (14/11/2018), Hamas dan kelompok militan kecil lainnya merilis pernyataan yang mengatakan mereka menerima kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Mesir.

Tidak ada komentar dari Israel. Namun, setelah malam tiba, serangan roket dan serangan udara Israel berhenti.

Pengumuman ini berhasil menghentikan sementara aksi kekerasan, di mana kedua belah pihak meluncurkan sejumlah pengeboman dan serangan balasan. Penduduk Israel bersembunyi semalaman di tempat perlindungan dari hujan roket tanpa henti dari Gaza, dan warga Palestina meringkuk di ruang bawah tanah dari serangan udara jet tempur yang menggelegar.

Militer Israel menyatakan, sekitar 400 roket dan mortir ditembakkan dari Gaza sejak Senin sore. Kemungkinan jumlah ini merupakan konsentrasi tertinggi yang diluncurkan dalam periode ini dari daerah kantong, dan pesawat tempurnya melakukan lebih dari 100 pengeboman.

Petugas medis di Gaza melaporkna, lima orang tewas, dua di antaranya adalah militan. Di kota pesisir Israel, Ashkelon, seorang warga sipil berusia 40 tahun tewas ketika sebuah roket menghantam sebuah bangunan.

Kemudian diketahui jika pria itu adalah warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki yang tinggal di Israel. Dua puluh warga Israel terluka dalam pertumpahan darah terakhir.

Israel dan Hamas melakukan aksi serangan balasan secara teratur selama beberapa bulan terakhir. Hamas kerap meluncurkan roket sebagai tanggapan penembakan tentara Israel atas aksi protes mingguan di perbatasan, di mana Palestina menyerukan diakhirinya blokade, atau dari posisi Hamas.

Kekerasan terbaru ini, yang paling intens hingga saat ini, meletus setelah serangan Israel pada Minggu (11/11/2018). Menurut saksi, setelah diekspos di pos pemeriksaan militan, tim rahasia Israel membunuh seorang komandan Hamas dan melarikan diri dengan helikopter.

Tujuh pejuang Hamas dan seorang letnan kolonel Israel tewas dalam kekacauan itu. Dalam beberapa jam, militan Hamas kemudian meluncurkan roket sebagai jawaban.

Israel sebelumnya telah fokus pada posisi militer Hamas di daerah terbuka. Namun, pada Selasa (13/11/2018), warga mengatakan tiga bangunan perumahan besar di dalam lingkungan padat penduduk di Kota Gaza kini menjadi puing.

Jet mengebom kompleks keamanan internal utama Hamas di Gaza tetapi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pihaknya meledakkan lokasi yang digunakan untuk tujuan sipil, seperti gedung televisi yang dikuasai Hamas dan struktur yang katanya digunakan untuk tujuan militer tetapi juga menjadi taman kanak-kanak.

Penduduk di Gaza melaporkan, Israel meluncurkan serangan peringatan low-yield munition, yang disebut penduduk setempat sebagai "pukulan atap", pada target sebelum mengebom mereka. Ini memberi warga sipil beberapa menit waktu untuk membersihkan struktur sebelum hancur.

Sementara kelompok Hamas memperingatkan akan mulai menembakkan rudal jarak jauh menuju kota-kota jauh Asdod dan Be’er Sheva jika Israel melanjutkan serangannya.

“Apa yang telah terjadi sejauh ini adalah pembalasan tradisional yang diharapkan musuh kita. Dalam beberapa jam ke depan, apa yang musuh kita tidak harapkan akan terjadi,” kata kelompok itu.

Menurut IDF, Hamas dan faksi militan kecil lainnya di Gaza menimbun sekitar 20.000 mortir dan roket.

"Sayangnya, mereka tidak mendekati akhir kemampuan mereka," kata juru bicara IDF, Jonathan Conricus.

Sistem pertahanan rudal Iron Dome negara itu mampu mencegat sekitar 100 roket tetapi tampaknya kewalahan oleh intensitas peluncuran. Israel mengirim pasukan tambahan ke perbatasan pada Selasa karena para mediator internasional mengajukan banding untuk menahan diri.

"Eskalasi dalam 24 jam terakhir sangat berbahaya dan sembrono," kata Nickolay Mladenov, utusan PBB untuk perdamaian Israel-Palestina.

"Roket harus berhenti, sikap menahan diri harus ditunjukkan oleh semua pihak," imbuhnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat tekanan kuat selama beberapa pekan terakhir dari beberapa di pemerintahannya sendiri yang menyerukan kebijakan yang lebih agresif terhadap Gaza.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut