Israel Tangkapi Warga yang Memuji dan Merayakan Serangan Iran
TEL AVIV, iNews.id – Pemerintah Israel melakukan langkah keras terhadap warga sipil yang memuji atau merayakan serangan rudal Iran yang mengguncang sejumlah kota penting. Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, memerintahkan aparat keamanan untuk menangkap siapa pun yang dianggap menunjukkan sikap simpatik terhadap aksi militer Iran.
Ben Gvir, tokoh sayap kanan yang dikenal dengan kebijakan ekstremnya, menegaskan bahwa tidak akan ada toleransi bagi siapa pun yang mengekspresikan kegembiraan atas serangan musuh, termasuk melalui media sosial.
“Polisi telah menangkap cukup banyak orang,” ujarnya, tanpa menyebut jumlah pasti.
“Saya telah menginstruksikan polisi dan Shin Bet untuk menindak tegas warga yang menunjukkan dukungan terhadap serangan Iran,” ujarnya, lagi.
Narapidana Juga Jadi Sasaran
Penindakan tidak hanya dilakukan terhadap masyarakat umum. Bahkan narapidana di berbagai penjara Israel dilaporkan mendapat sanksi dari sipir karena menunjukkan kegembiraan atas gempuran rudal Iran.
Langkah itu menuai sorotan karena dinilai menunjukkan tingkat ketegangan psikologis yang tinggi di pemerintahan Israel setelah sistem pertahanan mereka gagal mencegah sebagian besar rudal Iran menghantam wilayah mereka.
Kerusakan Besar dan Ketakutan Meluas
Serangan Iran menyebabkan kehancuran parah di beberapa kota, termasuk Tel Aviv dan pelabuhan strategis Haifa. Sebanyak 24 orang dilaporkan tewas dan hampir 600 lainnya terluka. Sistem pertahanan udara Israel yang selama ini dibanggakan, termasuk Iron Dome dan Arrow-3, tampak kewalahan menghadapi gelombang rudal balistik dan drone serangan.
Dalam situasi ini, pemerintah Israel juga melarang warga dan media massa untuk menyebarkan gambar atau video kerusakan. Siapa pun yang melakukannya dianggap membahayakan keamanan negara dan dapat dijerat hukum.
Kritik terhadap Kebijakan Reaktif
Sejumlah pengamat menyebut tindakan Israel ini sebagai bentuk represi yang mengancam kebebasan berekspresi. Kebijakan keras terhadap warga yang berbeda pendapat atau bersimpati pada musuh dinilai dapat memperdalam polarisasi di dalam negeri.
“Ini menunjukkan betapa paniknya pemerintah terhadap persepsi publik. Saat narasi resmi mulai diragukan, represi dijadikan senjata,” ujar seorang pengamat politik yang berbasis di Yerusalem.
Editor: Anton Suhartono