Jambore Pramuka Dunia di Korsel Kacau, Ribuan Peserta Dievakuasi dari Perkemahan
SEOUL, iNews.id - Ribuan pramuka peserta jambore internasional di Korea Selatan terpaksa dievakuasi terkait ancaman Topan Khanun. Pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia tahun ini memicu kritikan tajam banyak pihak karena panitia penyelenggara tak memperkirakan kondisi cuaca.
Sebelumnya beberapa negara menarik perwakilan mereka dari jambore terkait suhu panas ekstrem yang mencapai 35 derajat Celsius. Suhu tinggi menyebabkan ratusan peserta yakni para remaja pingsan.
Kini panitia Jambore Pramuka Dunia mengevakuasi ribuan peserta, khususnya para remaja, dari perkemahan, menyusul ancaman topan pekan ini.
Topan Khanun yang pekan lalu menerjang Jepang bagian selatan diperkirakan mencapai Korsel pada Kamis mendatang. Wilayah di dekat lokasi yakni di Provinsi Jeolla Utara menjadi jalur topan.
Dampak dari topan itu bisa memicu hujan deras dan angin kencang. Suhu udara bisa turun menjadi 34 derajat Celcius, namun dampaknya bisa membuat ratusan pramuka sakit.
Organisasi Gerakan Pramuka Dunia menyatakan Pemerintah Korsel telah memberi tahu rencana evakuasi lebih awal dari perkemahan.
Kantor kepresidenan Korsel menyatakan ada rencana untuk memindahkan para pramuka itu ke akomodasi di Seoul. Selain itu, panitia juga mencari asrama di kampus-kampus yang masih memiliki tempat kosong.
Jambore Pramuka Dunia 2023 diikuti lebih dari 40.000 peserta dari 155 negara, sebagian besar remaja berusia 14 hingga 18 tahun. Ini merupakan pertemuan pramuka global pertama sejak pandemi Covid-19.
Sementara itu terkait kritikan dari banyak pihak Gubernur Jeolla Utara Kim Kwan Young meminta maaf karena tidak mempersiapkan acara dengan baik.
Kontingen pramuka dari Australia merupakan kelompok terbaru yang menyatakan mundur dari jambore terkait alasan topan. Sebelum itu, kontingen Amerika Serikat dan Inggris lebih dulu mundur terkait suhu ekstrem. AS memindahkan kontingen pramukanya ke pangkalan militer sedangkan Inggris ke hotel di Seoul.
Sementara itu Singapura hanya memindahkan tempat tinggal pesertanya ke lokasi lain, namun tetap mengikuti jambore.
Editor: Anton Suhartono