Jantung Buatan Sukses Ditanam ke Tubuh Pasien, Biaya Operasi Rp2,5 Miliar

PARIS, iNews.id - Perusahaan Prancis Carmat mengumumkan telah menjual jantung buatan produksinya yang digunakan oleh seorang pasien Italia. Ini merupakan penjualan pertama jantung buatan bagi manusia sejak perusahaan berdiri pada 2008.

Jantung buatan itu terjual kepada seorang pasien Italia yang sedang menunggu transplantasi organ.

Baca Juga

Tersangka Penembakan Universitas Brown Ditemukan Tewas, Diduga Juga Bunuh Fisikawan MIT

"(Operasi) Dilakukan oleh tim yang dipimpin ahli bedah jantung, Ciro Maiello, di Rumah Sakit Azienda Ospedaliera dei Colli di Naples, salah satu rumah sakit dengan banyak pengalaman di bidang jantung buatan di Italia," bunyi pernyataan Carmat, dikutip dari AFP, Senin (19/7/2021).

Carmat sudah mendapatkan pengakuan CE Eropa pada Desember 2020 untuk menjual jantung buatan Aeson sebagai jembatan menuju transplantasi. Dengan mendapat CE, suatu produk dianggap telah memenuhi persyaratan standar keselamatan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan Uni Eropa.

Baca Juga

Hati-Hati Serangan Jantung Bisa Terjadi di Usia 30 Tahun, Ini Penyebabnya  

Sementara itu biaya untuk operasi pemasangan jantung buatan mencapai 150.000 euro atau sekitar Rp2,5 miliar yang ditanggung sistem kesehatan regional. Sistem kesehatan nasional di Italia tidak menanggung perawatan sampai telah digunakan selama beberapa tahun.

Carmat menyatakan penjualan komersial pertama jantung buatan ini menandai tonggak bersejarah yang membuka babak baru bagi perusahaan. Perusahaan berharap akan mendapatkan lebih banyak klien di Prancis dan Jerman pada akhir tahun.

Seorang juru bicara Carmat mengatakan, ini merupakan kali pertama jantung buatan dipasangkan pada manusia di luar uji klinis. Pada 15 Juli, Carmat mengumumkan implan pertama jantung Aeson ke seorang pasien di Duke University Hospital, Durham, North Carolina, Amerika Serikat, bagian dari studi klinis.

Perusahaan mencari 10 pasien untuk ambil bagian dalam penelitian yang sudah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS.

Editor: Anton Suhartono