Jatuh saat Dubai Airshow, Jet Tempur India Tejas Pernah Diminati Indonesia Diborong Malaysia
JAKARTA, iNews.id - Jet tempur Tejas buatan India ternyata pernah dilirik Indonesia serta beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Bahkan Malaysia sudah memborong pesawat generasi 4.5 ini yakni sebanyak 18 unit.
Pesawat ini menjadi sorotan dunia setelah mengalami kecelakaan saat melaukan aksi aerobatik di Dubai Airshow, Uni Emirat Arab, pada Jumat (21/11/2025) yang menewaskan pilotnya.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) India Ajay Bhatt kepada parlemen pada Agustus 2022. Dalam jawaban tertulis kepada parlemen, dia menyebutkan enam negara tertarik memiliki jet tempur ringan (light-combat aircraft/LCA).
Selain Indonesia, kata Bhatt, negara lain yang meminati Tejas adalah Argentina, Australia, Mesir, Amerika Serikat, dan Filipina. Bahkan, satu negara lain telah meneken kontrak pembelian, yakni Malaysia.
"Negara lain yang sudah menunjukkan minat pada pesawat LCA adalah: Argentina, Australia, Mesir, AS, Indonesia, dan Filipina," kata Bhatt, saa itu.
Hindustan Aeronautics, produsen Tejas, pada Oktober 2021 merespons permintaan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia untuk pengadaan 18 unit jet tempur varian dua tempat duduk.
Pemerintah India pada 2021 juga memberikan kontrak senilai 6 miliar dolar AS atau sekitar Rp88,9 triliun kepada Hindustan Aeronautics untuk pengadaan 83 unit jet Tejas. Pengiriman dimulai pada 2023 untuk kebutuhan dalam negeri.
Pesawat tempur ringan ini disetujui pengoperasiannya 40 tahun lalu. Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi ingin mengurangi kebergantungan India pada peralatan tempur asing.
Pengembangan Tejas diwarnai banyak rintangan. Pesawat sempat tertunda pengoperasiannya terkait masalah desain dan hal lain. Angkatan Laut India juga pernah menolak pesawat ini karena dianggap terlalu berat untuk ukuran pesawat tempur di kelasnya.
Angkatan Udara India saat ini mengoperasikan berbagai jet tempur buatan Rusia, Inggris, dan Prancis. Namun negara itu ingin memensiunkan semua jet tempur era Soviet, seperti MiG-21, pada 2025.
Editor: Anton Suhartono