Jelang Kedatangan Donald Trump, China Tutup Akses Wisata ke Korut
BEIJING, iNews.id - Agen pariwisata China yang berbasis di Dandong diberi peringatan untuk membatalkan perjalanan ke Korea Utara (Korut). Informasi ini disampaikan menjelang kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke China. Demikian dikutip dari Reuters, Rabu (08/11/2017).
Presiden China Xi Jinping akan menerima kunjungan Donald Trump di Beijing hari ini. Salah satu pembahasan dalam pertemuan ini adalah seputar program nuklir Korut. Amerika sudah mengajak China untuk memperkuat kerja sama bersama dengan negara sekutu lainnya untuk mendesak Korut.
Pemberitahuan larangan memberangkatkan wisatawan ke Korut yang cukup mendadak ini disesalkan para agen travel.
"Ini sangat tidak terduga, kami tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi," kata salah seorang pejabat agen travel China yang biasa memberangkatkan wisatawan ke Korut.
"Ini adalah berita yang bisa menghancurkan kami,” tambahnya.
Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Korut untuk meraup pendapatan negara setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan sanksi kepada negara itu. Dalam setahun terakhir, Korut dilarang mengekspor hasil bumi, seperti batubara, produk laut, dan tekstil.
Institut Maritim Korea memperkirakan, sektor pariwisata Korut meraup pendapatan USD44 juta atau sekitar Rp586 miliar pada tahun ini. Sebanyak 80 persen turis asing yang mengunjungi Korut berasal dari China. Lebih dari 237 ribu warga China mengunjungi Korut pada 2012. Namun publikasi jumlah statistik wisatawan China ke Korut dihentikan mulai 2013.
Biro Pariwisiata Dandong dan Kementerian Luar Negeri China tidak memberikan respons ketika ditanya pendapat mereka tentang penghentian pengiriman wisatawan ini. Kebanyakan agen travel yang membawa warga China ke Korut berbasis di Dandong karena wilayah ini merupakan perbatasan.
Pada Selasa 7 November, para agen travel di Dandong telah diberi tahu bahwa mereka hanya diizinkan memberangkatkan wisatawan menuju Sinuiju, sebuah lokasi wisata yang berseberangan dengan Dandong. Tempat tersebut termasuk populer bagi warga China. Sementara perjalanan wisata yang membutuhkan waktu lama, yakni tiga hari atau lebih, dilarang sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Ini sedang bukan musim wisata, tapi sepertinya itu bukan alasan utamanya,” kata salah seorang sumber yang bekerja di pariwisata Dandong.
"Sepertinya ini disebabkan karena adanya sanksi tambahan terhadap Korea Utara. Kita harus menunggu dan melihat apa yang akan terjadi ketika Trump sudah meninggalkan China. Mungkin mereka akan lebih melonggarkan peraturannya, tapi saya rasa sulit. Ini semua terjadi karena situasi yang semakin memanas," tambah sumber tersebut.
Awal tahun ini, Amerika Serikat melarang warganya untuk mengunjungi Korut setelah salah seorang mahasiswa, Otto Warmbier, kembali ke rumah dalam kondisi koma. Dia kemudian meninggal setelah beberapa hari dirawat. Otto ditahan oleh pihak Korut saat berwisata.
Tapi, larangan memberangkatkan wisatawan tidak berlaku di beberapa negara lain. Rubio Chan, dari GLO Travel yang berbasis di Hong Kong, mengatakan pihaknya tidak menerima pemberitahuan apa pun mengenai hal ini.
"Mungkin karena kami berbasis di Hong Kong dan kami bekerja sama langsung dengan partner kami di Pyongyang," imbuhnya.
Editor: Anton Suhartono