Jepang Tetap Menekan Korut meski Trump dan Kim Jong Un Bertemu
TOKYO, iNews.id - Jepang tetap mempertahankan tekanan maksimum ke Korea Utara (Korut) untuk membuat negara itu melepaskan program senjata nuklir dan rudal. Langkah ini diambil meski Jepang mengetahui pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un tetap berlangsung pada 12 Juni.
Selama akhir pekan, Trump dan Kim sama-sama menyatakan kesiapan mereka untuk bertemu di Singapura, setelah sebelumnya sempat dibatalkan oleh Trump.
"Sulit untuk memprediksi (apa yang akan terjadi). Kami perlu mempersiapkan semua kemungkinan," kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri Jepang, mengacu pada pendekatan Trump ke Korut, seperti dilaporkan Japan Today, Senin (28/5/2018).
"Kita tidak boleh terpengaruh oleh apa yang sedang terjadi sekarang. Yang dibutuhkan adalah berkoordinasi dengan kuat dengan pemerintah AS," kata sumber lainnya.
Trump tiba-tiba membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan Kim pada Kamis (24/5). Tak lama trump mengonfirmasi bahwa AS dan Korut sedang melakukan pembicaraan yang sangat produktif.
Pada Sabtu (26/5), Trump mengatakan persiapan pertemuan berjalan dengan baik.
Pekan lalu Korut meledakkan satu-satunya tempat uji coba nuklir di Punggye-ri, namun Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono meragukan apakah situs itu sudah ditutup.
"Tidak perlu terburu-buru. Tantangan terbesar komunitas internasional untuk bersama-sama mencegah Korea Utara menghindari sanksi," kata Kono.
Bagi Jepang, menyelesaikan masalah lama warga negara yang diculik oleh Pyongyang pada 1970-an dan 1980-an juga menjadi prioritas.
"Ini akan menjadi peluang bahwa Jepang, yang memiliki masalah penculikan, tidak boleh kalah," kata Sekretaris Jenderal Eksekutif Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, Koichi Hagiuda.
Perdana Menteri Shinzo Abe diharapkan untuk menunjukkan kesatuan dengan Trump.
Abe mempertimbangkan berkunjung ke AS untuk bertemu dengan Trump sebelum ke Kanada. Rencana tersebut mencerminkan keinginan Jepang untuk berbagi informasi dengan AS sebagai sekutu utamanya karena pemerintah khawatir bahwa manuver cepat Trump akan menyebabkan Jepang tertinggal.
Editor: Nathania Riris Michico