Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Raffi Ahmad Beli Tas Ivan Gunawan Rp500 Juta untuk Bangun Masjid di Yokohama
Advertisement . Scroll to see content

Jepang Tutup Semua Sekolah untuk Cegah Korona, Orangtua Bingung Titipkan Anak

Selasa, 03 Maret 2020 - 12:58:00 WIB
Jepang Tutup Semua Sekolah untuk Cegah Korona, Orangtua Bingung Titipkan Anak
Keiko Kobayashi membawa anaknya ke tempat kerja setelah pemerintah meliburkan sekolah terkait virus korona (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

TOKYO, iNews.id - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Kamis pekan lalu mengumumkan penutupan seluruh sekolah mulai Senin (2/3/2020) untuk mencegah infeksi dan penyebaran virus korona atau Covid-19.

Namun kebijakan tersebut memunculkan masalah baru di kalangan orangtua. Mereka kebingungan menitipkan anak, terutama yang masih di jenjang SD, karena harus ditinggal bekerja. Apalagi, penutupan sekolah berlangsung selama 4 pekan.

Hal ini dirasakan Keiko Kobayashi, seorang perempuan warga Tokyo yang bekerja di perusahaan swasta.

Pada Senin, dia terpaksa membawa putranya berusia 7 tahun ke kantornya. Kobayashi termasuk beruntung karena atasannya membolehkan para karyawan membawa anak ke kantor, meskipun hanya sementara.

"Saya terkejut dengan kabar penutupan sekolah, dan berpikir apa yang harus saya lakukan," ujar manajer senior di kantor jawa penyedia layanan kepegawaian multinasional itu, kepada Associated Press, Selasa (3/3/2020).

Di negara di mana pengasuh anak merupakan pekerjaan langka, masalah ini akan lebih berat dirasakan bagi para single parent.

Kobayashi masih mempelajari berbagai pilihan, termasuk menitipkan anaknya ke day care umum atau memilih bekerja dari rumah.

"Tapi jika saya bekerja dari rumah, putra saya akan sering menonton televisi TV dan jika saya tidak mendampinginya akan banyak hal tidak diinginkan terjadi," katanya, seraya menambahkan kondisi itu akan mengganggunya untuk fokus bekerja.

Rekan Kobayashi yang juga memiliki anak, Sachiko Aoki, meragukan efektivitas penutupan sekolah karena kemungkinan infeksi di kalangan anak-anak sangat kecil.

"Jujur, saya ragu apakah penutupannya bisa efektif," kata Aoki, seraya mengaku enggan mengirim anaknya ke fasilitas penitipan karena meragukan kebersihan dan bebas virus.

Para kritikus juga menggarisbawahi bahwa kemungkinan anak-anak terinfeksi korona jauh lebih kecil dibandingkan orang dewas.

Menurut mereka, pemerintah seharusnya fokus pada orang tua dan kalangan lemah yang bahkan rentan dengan kematian.

PM Abe mengatakan periode mendatang sangat penting dalam menentukan apakah Jepang dapat mengendalikan wabah virus korona atau tidak.

Hingga saat ini hampir 1.000 orang, termasuk 706 penumpang dan kru kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina, terinfeksi virus yang berasal dari Wuhan, China, itu. Selain itu virus telah merenggut 12 nyawa.

Penutupan sekolah yang dilakukan mendekati akhir tahun akademik memunculkan masalah untuk ujian akhir serta upacara kelulusan bagi 12,7 juta siswa di negara itu.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengutip sebuah studi, dari 44.000 lebih pasien terinfeksi di China, hanya 2,1 persen berusia di bawah 20 tahun.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut